Banjir OKU Sumsel Rendam 135 Rumah, Kerugian Capai Rp515 Juta
Curah hujan tinggi di OKU, Sumsel mengakibatkan banjir yang merendam 135 rumah dan menyebabkan kerugian mencapai Rp515 juta, tanpa korban jiwa.

Banjir yang melanda Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, telah menyebabkan kerugian materiil yang signifikan. Peristiwa ini terjadi akibat curah hujan tinggi selama dua hari berturut-turut pada Senin (24/2) dan Selasa (25/2). Sebanyak 135 rumah warga terdampak, dengan ketinggian air bervariasi antara 30 sentimeter hingga satu meter. Beruntung, peristiwa ini tidak menimbulkan korban jiwa.
Kepala BPBD OKU, Januar Efendi, menyampaikan informasi tersebut pada Kamis (27/2) di Baturaja. Ia menjelaskan bahwa selain merendam rumah warga, banjir juga berdampak pada fasilitas umum. Tiga unit fasilitas pendidikan terendam, dan jalan utama di Desa Ulak Lebar mengalami keretakan sepanjang 81 meter akibat bencana alam ini. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp515.000.000.
Wilayah yang terdampak banjir meliputi Kelurahan Sekarjaya, Sukajadi, Sukaraya, Baturaja Permai, Kemalaraja, dan Desa Air Paoh, Tanjung Baru, serta Tanjung Kemala. Tidak hanya banjir, bencana tanah longsor juga terjadi di Desa Ulak Lebar, Kecamatan Ulu Ogan, dan Desa Kemalajaya, Kecamatan Muara Jaya. Enam rumah bahkan nyaris tertimbun longsor. BPBD OKU telah melakukan pendataan dan penanganan pascabencana.
Dampak Banjir dan Longsor di OKU
Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten OKU telah mengakibatkan dampak yang cukup luas. Selain merendam ratusan rumah warga, banjir juga mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur publik, seperti jalan dan fasilitas pendidikan. Kerusakan infrastruktur ini tentunya membutuhkan perbaikan dan perawatan yang memakan waktu dan biaya.
BPBD OKU mencatat enam rumah nyaris tertimbun longsor. Hal ini menunjukkan bahwa bencana alam yang terjadi bukan hanya banjir, tetapi juga longsor yang mengancam keselamatan warga. Kondisi ini menuntut kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang lebih tinggi dari pemerintah daerah dan masyarakat.
Total kerugian materiil akibat banjir dan longsor ini mencapai Rp515.000.000. Angka ini merupakan estimasi sementara dan bisa saja bertambah setelah dilakukan pendataan lebih lanjut. Kerugian ini meliputi kerusakan rumah warga, fasilitas umum, dan infrastruktur jalan.
Langkah-langkah Penanganan Bencana
Menanggapi bencana alam ini, BPBD OKU telah mengambil beberapa langkah penting. Status siaga darurat banjir dan tanah longsor diperpanjang hingga Maret 2025. Langkah ini diambil untuk memastikan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana serupa di masa mendatang.
Peningkatan kapasitas personel penanggulangan bencana juga dilakukan. Hal ini penting untuk memastikan respon yang cepat dan efektif dalam menghadapi bencana alam. Personel yang terlatih dan terampil akan mampu menangani situasi darurat dengan lebih baik.
Selain itu, BPBD OKU juga menyiagakan peralatan penanggulangan bencana. Peralatan yang memadai akan membantu mempercepat proses evakuasi dan penanganan korban bencana. Kesiapsiagaan peralatan ini merupakan bagian penting dari upaya mitigasi bencana.
"Beruntung banjir tidak menimbulkan korban jiwa," ujar Januar Efendi. "Namun, total estimasi kerugian akibat bencana alam kali ini mencapai Rp515.000.000." Pernyataan ini menekankan pentingnya upaya pencegahan dan mitigasi bencana untuk meminimalisir kerugian.
Sebagai upaya antisipasi, BPBD OKU meningkatkan kapasitas personel dan kesiapan peralatan penanggulangan bencana. Hal ini dilakukan untuk memastikan respon yang cepat dan efektif dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang, sehingga dapat meminimalisir korban jiwa dan kerugian materiil.
Data yang diperoleh dari BPBD OKU menunjukkan bahwa bencana alam ini telah berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana alam di masa mendatang.