Banjir Rendam Dua Kecamatan di Gorontalo Utara: 250 KK Terdampak
Banjir setinggi lutut hingga pinggang melanda dua kecamatan di Gorontalo Utara akibat jebolnya tanggul sungai; sekitar 250 kepala keluarga terdampak dan BPBD telah mendistribusikan bantuan.
Banjir menggenangi beberapa desa di dua kecamatan Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Sabtu (25/1) sore. Tinggi air mencapai lutut hingga pinggang orang dewasa, menyebabkan ratusan kepala keluarga terpaksa mengungsi.
Hujan deras yang mengguyur daerah tersebut menyebabkan jebolnya tanggul sungai di Desa Milango, Kecamatan Tomilito. Akibatnya, air sungai meluap dan menggenangi pemukiman warga. "Hingga saat ini kami belum tidur, karena ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa," ungkap Hans Zaenal, warga Desa Milango, menggambarkan situasi mencekam di desanya.
Dampak jebolnya tanggul ini sangat signifikan bagi warga. Kehidupan mereka terganggu, dan mereka membutuhkan bantuan segera. "Kami berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi banjir di musim hujan ini," pinta Hans, mewakili keresahan warga yang menginginkan solusi jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Anugerah Bilontalo, Sekretaris Desa Milango, menjelaskan bahwa pendataan jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak masih berlangsung. "Sejak Sabtu sore, banjir menggenangi permukiman. Kami memperkirakan sekitar 250 KK terdampak, tetapi pendataan masih berjalan karena banjir belum surut," jelasnya. Kesulitan akses akibat banjir memang menghambat proses pendataan yang akurat.
Tidak hanya Desa Milango, banjir juga merendam Desa Jembatan Merah (Kecamatan Tomilito), Desa Ombulodata, dan Desa Pontolo (Kecamatan Kwandang). Meskipun demikian, Sekretaris Daerah Kabupaten Gorontalo Utara sekaligus Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Suleman Lakoro, menyatakan bahwa banjir di Desa Milango sudah mulai surut. BPBD pun bergerak cepat dengan menyiapkan makanan siap saji untuk didistribusikan kepada warga terdampak.
Penanganan bencana ini membutuhkan kerjasama antar instansi. Suleman Lakoro menekankan pentingnya komunikasi efektif antara pemerintah kecamatan dan desa dalam melaporkan kejadian bencana alam. "Kita berdoa agar daerah ini bebas bencana, tetapi langkah antisipasi tetap prioritas. Laporan situasi terkini, terutama potensi banjir dan longsor, sangat penting," tegasnya mengingat curah hujan yang masih tinggi.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya infrastruktur tanggul yang kuat dan sistem peringatan dini yang efektif di wilayah rawan banjir. Langkah-langkah mitigasi bencana yang komprehensif sangat krusial untuk meminimalisir dampak buruk bagi masyarakat di masa mendatang. Koordinasi yang baik antara pemerintah, warga, dan instansi terkait sangat dibutuhkan untuk memastikan keselamatan dan pemulihan pascabencana.