Bea Cukai Soetta Gagalkan Penyelundupan Sabu 1,1 Kg Jaringan Internasional
Bea Cukai Soetta menggagalkan penyelundupan 1,1 kg sabu dari jaringan internasional di Bandara Soetta, Tangerang, pada 13 Desember 2024, menangkap dua tersangka dan satu pengendali di Aceh.

Petugas Bea Cukai Soekarno-Hatta berhasil menggagalkan penyelundupan 1.100 gram sabu dari jaringan internasional. Penindakan dilakukan pada 13 Desember 2024 di Terminal 3 Kedatangan Internasional Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, setelah petugas mencurigai barang bawaan penumpang dari Kuala Lumpur.
Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta, Gatot Sugeng Wibowo, menjelaskan kronologi penangkapan dalam konferensi pers di Tangerang. Dua tersangka, YP dan ST, ditangkap. Sabu ditemukan dalam kemasan plastik tersembunyi di dalam celana yang ada di koper YP. Kerja sama dengan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sangat krusial dalam pengungkapan kasus ini.
Proses penyelidikan melibatkan strategi Control Delivery. YP awalnya diperintahkan oleh pengendali, RP, untuk menunggu instruksi selanjutnya di luar terminal. Melalui WhatsApp, YP diarahkan ke sebuah hotel di Tangerang untuk bertemu ST, yang kemudian ditangkap saat hendak menerima barang bukti.
Pengembangan penyelidikan membuahkan hasil. Pada 1 Januari 2025, RP, pengendali jaringan, berhasil ditangkap oleh Kanwil DJBC Aceh. Penangkapan dilakukan saat RP memasuki Indonesia melalui jalur Kuala Lumpur-Banda Aceh, dengan barang bukti 22 gram sabu. Ini menunjukkan jangkauan operasi jaringan yang luas.
Gatot menekankan komitmen Bea Cukai Soekarno Hatta bersama aparat penegak hukum lainnya dalam memberantas penyelundupan narkoba. Berbagai modus penyelundupan terus diwaspadai dan ditindak tegas. Kedua tersangka dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Pengungkapan kasus ini berdampak signifikan. Sabu seberat 1.100 gram, menurut perkiraan Gatot, dapat menyelamatkan sekitar 4.000 jiwa dan menghemat biaya rehabilitasi sekitar Rp6,39 miliar. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
Kasus ini juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antar-lembaga penegak hukum dalam menghadapi kejahatan transnasional seperti penyelundupan narkoba. Koordinasi dan strategi yang tepat, seperti Control Delivery, terbukti efektif untuk membongkar jaringan dan menangkap para pelaku.