Belitung Timur Bertekad Tekan Prevalensi Stunting hingga 13,3 Persen di 2025
Pemerintah Kabupaten Belitung Timur berupaya menurunkan prevalensi stunting hingga 13,3 persen pada tahun 2025 melalui kolaborasi berbagai pihak dan inovasi program.

Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menetapkan target ambisius untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 13,3 persen pada tahun 2025. Target ini merupakan penurunan signifikan dari target tahun sebelumnya yang sebesar 14 persen. Pencapaian target tersebut membutuhkan kerja sama dan kolaborasi yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.
Hal ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Daerah Pemkab Belitung Timur, Mathur Noviansyah, dalam rapat koordinasi evaluasi penurunan kasus stunting di Manggar, Rabu lalu. Beliau menekankan pentingnya peran aktif Tim Percepatan Penurunan Stunting untuk bekerja secara kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan pembatasan anggaran.
Mathur Noviansyah juga mengajak seluruh pihak untuk bahu-membahu mengatasi masalah stunting. Menurutnya, keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, tenaga pendidik, dan terutama orang tua. Partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam mewujudkan target yang telah ditetapkan.
Strategi Penurunan Stunting di Belitung Timur
Pemkab Belitung Timur berkomitmen untuk mendukung dan menjalankan seluruh program pemerintah pusat dalam upaya penurunan stunting. Namun, keberhasilan program tersebut tidak hanya bergantung pada dukungan pemerintah, melainkan juga membutuhkan partisipasi aktif dari berbagai pihak. Salah satu program unggulan yang dijalankan adalah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Dalam menghadapi kendala anggaran, Pemkab Belitung Timur mendorong inovasi dan kreativitas. Dukungan dari sektor swasta melalui dana tanggung jawab sosial (CSR) diharapkan dapat membantu memperkuat program-program yang telah berjalan. Pemerintah desa juga didorong untuk mengalokasikan dana khusus guna mendukung penanganan stunting di tingkat desa.
Mathur Noviansyah menjelaskan bahwa prevalensi stunting merupakan indikator penting kesehatan masyarakat. Angka prevalensi menggambarkan seberapa besar masalah stunting di suatu wilayah pada waktu tertentu. Stunting sendiri memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan otak, produktivitas, dan kesehatan anak.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan definisi stunting berdasarkan standar World Health Organization (WHO). Stunting diukur pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang memiliki tinggi badan di bawah minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak. Ini menunjukkan pentingnya pemantauan dan intervensi sedini mungkin.
Pentingnya Peran Serta Masyarakat
Mathur Noviansyah menegaskan kembali pentingnya peran serta masyarakat dalam pencapaian target penurunan stunting. Menurutnya, karena objek dari program ini adalah masyarakat, maka dukungan dan partisipasi aktif masyarakat sangat krusial. Kesuksesan program ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada kesadaran dan komitmen seluruh elemen masyarakat.
Berbagai program telah dan akan terus dijalankan untuk mengatasi masalah stunting. Namun, keberhasilan program-program tersebut sangat bergantung pada kolaborasi dan komitmen bersama. Dengan kerja sama yang kuat dan inovasi yang berkelanjutan, diharapkan target penurunan prevalensi stunting di Belitung Timur dapat tercapai.
Partisipasi aktif orang tua dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting. Pengetahuan tentang gizi seimbang dan pola hidup sehat juga perlu disebarluaskan secara luas kepada masyarakat. Dengan demikian, upaya pencegahan stunting dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Selain itu, peran tokoh masyarakat dan tenaga pendidik juga sangat penting dalam mensosialisasikan program-program pemerintah dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam menurunkan angka stunting di Belitung Timur.
Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi yang efektif, diharapkan target penurunan prevalensi stunting di Belitung Timur dapat tercapai pada tahun 2025. Ini akan memberikan dampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan generasi mendatang.