Sumsel Targetkan Angka Stunting di Bawah 14 Persen pada 2025
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan (Sumsel) berupaya menurunkan angka stunting hingga di bawah 14 persen pada 2025 melalui berbagai program dan koordinasi dengan instansi terkait di 17 kabupaten/kota.

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan (Dinkes Sumsel) menetapkan target ambisius untuk menekan angka stunting di provinsi tersebut. Sasarannya adalah menurunkan angka kekerdilan atau gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis hingga di bawah 14 persen pada tahun 2025. Upaya ini melibatkan koordinasi antar instansi dan partisipasi aktif masyarakat di 17 kabupaten dan kota di Sumsel.
Kepala Dinkes Sumsel, Trisnawarman, menyatakan komitmen penuh dalam menjalankan berbagai program untuk mencapai target tersebut. "Kami terus menjalankan berbagai program yang dapat menekan kasus stunting di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu sesuai dengan target," ujar Trisnawarman di Palembang, Rabu (23/4).
Penekanan angka stunting ini bukan hanya tanggung jawab Dinkes Sumsel semata. Kerja sama dan koordinasi yang erat dengan instansi terkait di setiap kabupaten dan kota menjadi kunci keberhasilan. Hal ini diharapkan dapat memastikan program penurunan angka stunting berjalan efektif dan tepat sasaran, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanganan stunting.
Kerja Sama Antar Instansi dan Partisipasi Masyarakat
Koordinasi yang intensif antara Dinkes Sumsel dengan instansi terkait di 17 kabupaten/kota menjadi strategi utama dalam menekan angka stunting. Dengan kolaborasi ini, diharapkan program-program yang dijalankan dapat saling mendukung dan menjangkau seluruh wilayah Sumsel.
Selain koordinasi antar instansi, peran serta masyarakat juga sangat krusial. Partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan program ini. Pendekatan yang komprehensif dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan ini diharapkan akan memberikan dampak yang signifikan.
Dinkes Sumsel berupaya untuk memastikan bahwa program-program yang dijalankan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk di daerah-daerah terpencil. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal dan mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan dan gizi yang memadai.
Di Palembang, upaya serupa juga dilakukan. Asisten II Pemkot Palembang, Rudi Indawan, menjelaskan bahwa Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) diintensifkan hingga ke tingkat kelurahan. "Berdasarkan data, kasus stunting/tengkes di Ibu kota Sumsel ini secara bertahap berhasil diturunkan dalam beberapa tahun terakhir sekitar 15 persen. Angka stunting itu akan terus diturunkan menjadi 14 persen sesuai target nasional hingga akhir tahun ini," ujarnya.
Pentingnya Komunikasi Efektif Petugas dan Warga
Salah satu kunci keberhasilan program penurunan stunting adalah komunikasi yang efektif antara petugas TPPS dengan masyarakat. Petugas TPPS perlu secara intensif turun ke lapangan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan warga.
Komunikasi yang baik ini akan membantu petugas dalam melacak kasus stunting di wilayahnya. Dengan mengetahui secara pasti jumlah dan lokasi kasus stunting, maka intervensi yang tepat dapat diberikan secara efektif dan efisien.
Di Palembang, TPPS aktif berkomunikasi dengan warga di 107 kelurahan yang tersebar di 18 kecamatan. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan penanganan stunting.
Jalinan komunikasi yang baik juga akan membantu petugas dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang gizi dan kesehatan anak. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat dapat berperan aktif dalam mencegah stunting di lingkungan mereka.
Target penurunan angka stunting di Sumsel hingga di bawah 14 persen pada tahun 2025 merupakan tantangan besar, namun dengan kerja sama dan komitmen semua pihak, termasuk masyarakat, target tersebut diharapkan dapat tercapai. Upaya pencegahan dan penanganan stunting memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.