BI Dorong Hilirisasi Pertanian Bengkulu: Mengapa 3 Daerah Dataran Tinggi Ini Kunci Ekonomi?
Bank Indonesia menekankan pentingnya hilirisasi pertanian Bengkulu dan pengembangan pariwisata di tiga daerah dataran tinggi untuk memperkuat ekonomi lokal di tengah ketidakpastian global.

Bank Indonesia (BI) menekankan urgensi hilirisasi pertanian serta pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Bengkulu. Langkah ini difokuskan pada tiga wilayah dataran tinggi yang memiliki potensi besar. Tujuannya untuk mendorong peningkatan signifikan pada perekonomian daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana, pada Kamis (26/7), menyatakan bahwa pengembangan ini krusial. Ini merupakan strategi untuk memperkuat ketahanan ekonomi lokal di tengah ketidakpastian kondisi geopolitik dan ekonomi global yang sedang berlangsung.
Tiga daerah yang menjadi sorotan utama adalah Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang, dan Lebong. Ketiganya dikenal sebagai lumbung pangan dengan komoditas pertanian unggulan. Pengembangan hilirisasi diharapkan mampu menciptakan nilai tambah produk yang lebih tinggi.
Optimalisasi Potensi Pertanian Melalui Hilirisasi
Wilayah dataran tinggi di Bengkulu, meliputi Rejang Lebong, Kepahiang, dan Lebong, merupakan penyangga utama ketahanan pangan. Daerah-daerah ini menghasilkan berbagai komoditas unggulan seperti padi, jagung, cabai, bawang, kopi, dan hortikultura lainnya. Potensi besar ini menjadi dasar kuat untuk pengembangan lebih lanjut.
Wahyu Yuwana menjelaskan bahwa dorongan hilirisasi pertanian bertujuan untuk mengoptimalkan nilai tambah dari sumber daya alam yang melimpah. Dengan mengolah produk mentah menjadi produk hilir, diharapkan tercipta diversifikasi produk dan peningkatan pendapatan bagi petani serta daerah. Hal ini juga akan memperkuat daya saing ekonomi lokal.
Pengembangan produk hilirisasi dari sektor pertanian dianggap sangat penting untuk ketahanan ekonomi daerah. Terlebih, situasi geopolitik dan perekonomian global saat ini sedang diliputi ketidakpastian. Kemandirian ekonomi daerah menjadi kunci untuk menjaga stabilitas masyarakat dari dampak fluktuasi global.
Sinergi Kebijakan dan Pengembangan Pariwisata Terpadu
Bank Indonesia juga menyoroti pentingnya sinergi bauran kebijakan antara moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Sinergi ini diperlukan untuk mengakselerasi pengembangan pertanian, infrastruktur, pariwisata, dan hilirisasi di ketiga daerah tersebut. Pendekatan terpadu akan memastikan pembangunan yang berkelanjutan.
Setiap kabupaten memiliki potensi yang unik dan berbeda, sehingga integrasi sektor-sektor unggulan menjadi krusial. Wahyu Yuwana menekankan perlunya mengintegrasikan sektor pertanian, pariwisata, dan industri. Ini bertujuan untuk memperkuat daya saing daerah dan menjamin keberlanjutan pembangunan di masa depan.
Selain hilirisasi pertanian, pengembangan investasi dan pariwisata terpadu juga menjadi fokus. Penguatan infrastruktur konektivitas antartiga daerah serta sinergi forum komunikasi dan koridor ekonomi akan mendukung pertumbuhan sektor ini. Pariwisata diharapkan dapat menjadi mesin ekonomi baru bagi Bengkulu.
Kontribusi Terhadap Stabilitas Ekonomi Bengkulu
Meskipun di tengah meningkatnya ketidakpastian global, stabilitas ekonomi nasional terus terjaga. Pada triwulan I 2025, ekonomi nasional mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen (yoy). Angka ini menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia menghadapi tantangan global.
Provinsi Bengkulu sendiri mencatat pertumbuhan ekonomi yang solid, yaitu 4,84 persen (yoy). Pertumbuhan signifikan ini ditopang oleh kinerja positif dari beberapa sektor utama. Sektor pertanian, perdagangan, dan transportasi menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Bengkulu.
Data ini menggarisbawahi pentingnya terus mendorong sektor-sektor unggulan seperti pertanian dan pariwisata. Dengan fokus pada hilirisasi dan pengembangan terpadu, Bengkulu dapat menjaga momentum pertumbuhan. Ini juga akan memastikan kemandirian ekonomi daerah semakin kuat di masa mendatang.