BPJPH Perkuat Ekosistem Halal RI Bersama ISTN dan PII
BPJPH berkolaborasi dengan ISTN dan PII untuk memperkuat ekosistem industri halal Indonesia, mendorong investasi, dan memastikan kepatuhan regulasi halal, mengingat potensi besar Indonesia sebagai produsen halal dunia.

Jakarta, 14 Februari 2024 - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) menunjukkan komitmen kuatnya dalam mengembangkan ekosistem industri halal Indonesia. Langkah strategis ini dilakukan melalui kolaborasi erat dengan Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) serta Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Wakil Kepala BPJPH, Afriansyah Noor, menekankan potensi besar Indonesia sebagai pemain utama dalam industri halal global. Oleh karena itu, BPJPH sebagai badan nasional harus memimpin pengembangan ekosistem ini. "Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk ISTN dan PII, sangat krusial," tegas Afriansyah dalam keterangan resmi di Jakarta.
Meningkatkan Kepatuhan dan Investasi Halal
Data menunjukkan bahwa dari 60 juta produk impor yang masuk Indonesia, hanya sekitar 10 persen yang telah tersertifikasi halal. Angka ini menyoroti perlunya upaya lebih besar untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi halal di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, BPJPH aktif menggandeng berbagai lembaga, termasuk Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dan Lembaga Pendamping Proses Produk Halal (LP3H), yang melibatkan organisasi masyarakat dan perguruan tinggi.
Rektor ISTN, Isnuwardianto, beserta jajarannya, menyatakan dukungan penuh terhadap kebijakan mandatory halal pemerintah. Beliau menekankan peran penting perguruan tinggi dalam membangun industri halal, termasuk pengembangan kawasan industri halal. "Keterlibatan akademisi sangat vital untuk keberlanjutan industri halal yang kompetitif," ujar Isnuwardianto.
Sebagai universitas swasta tertua di Indonesia, ISTN memiliki pengalaman panjang dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk di sektor halal. ISTN berkomitmen untuk terus berinovasi melalui riset dan pendidikan berbasis teknologi.
Pandangan PII dan Tantangan ke Depan
Sulaeman, perwakilan dari PII, menyoroti perlunya regulasi yang lebih fleksibel untuk menarik investasi asing. Ia juga mengamati bahwa di mata internasional, sertifikasi halal sering dikaitkan dengan aspek kesehatan, bukan hanya agama. "ISTN dan PII berharap dapat berkontribusi signifikan dalam ekosistem industri halal Indonesia, mulai dari riset, edukasi, hingga investasi," kata Sulaeman.
Kesimpulan
Kolaborasi antara BPJPH, ISTN, dan PII menandai langkah penting dalam memperkuat ekosistem industri halal Indonesia. Upaya ini tidak hanya fokus pada peningkatan kepatuhan regulasi, tetapi juga pada menarik investasi dan meningkatkan daya saing produk halal Indonesia di pasar global. Dengan menggabungkan kekuatan pemerintah, akademisi, dan profesional, Indonesia semakin dekat untuk mewujudkan visinya sebagai pusat industri halal dunia.