BPOM Perkuat Uji Klinis, Incar Status WHO dan Investasi
BPOM tengah meningkatkan kapasitas laboratorium uji klinis untuk menyambut asesmen WHO guna meraih status WLA, sekaligus menarik investasi dan meningkatkan mutu obat-obatan Indonesia.

BPOM gencar mempersiapkan diri menghadapi asesmen dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan depan. Tujuannya? Mendapatkan pengakuan sebagai salah satu otoritas obat terdaftar WHO (World Listed Authority/WLA). Kesiapan ini meliputi pengecekan menyeluruh kapasitas laboratorium uji klinis di Indonesia.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa kemampuan uji klinis menjadi faktor krusial penilaian WHO, selain regulasi dan praktik produksi obat yang baik. Indonesia saat ini berada di level maturitas 3 dari standar WHO, dan menargetkan peningkatan ke level 4 atau 5. Asesmen langsung dari tim WHO akan dilakukan di Jakarta bulan depan, setelah beberapa bulan asesmen online.
Salah satu laboratorium yang dikunjungi BPOM adalah Equilab, laboratorium ternama di Asia Tenggara yang dinilai memenuhi standar BPOM. Pengecekan ini meliputi kapasitas uji klinis, misalnya untuk produk kosmetik. Hal ini juga untuk memastikan bahwa hasil uji klinis di Indonesia sudah terjamin kualitasnya.
Taruna menambahkan bahwa peningkatan kualitas uji klinis tak hanya penting untuk mendapatkan status WLA dari WHO, tetapi juga untuk menarik investasi asing. Investor akan lebih percaya diri berinvestasi di Indonesia jika sistem uji klinisnya terpercaya dan terstandar. Meskipun pemerintah memberikan kemudahan investasi, BPOM tetap menerapkan aturan transfer teknologi setelah lima tahun beroperasi di Indonesia.
Selain itu, peningkatan kualitas uji klinis diharapkan dapat menurunkan harga obat dan meningkatkan potensi obat herbal Indonesia. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 obat asli, namun baru 97 yang telah melalui uji klinis, dan hanya 21 yang resmi menjadi obat. Jadi, masih banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Direktur Utama PT Equilab International, Ronal Simanjuntak, menyatakan dukungan penuh terhadap upaya BPOM dalam meraih status WHO. Equilab berkomitmen menghasilkan produk berkualitas, termasuk pengujian vaksin, fitofarmaka, dan produk terapeutik lainnya guna memperkuat industri farmasi dalam negeri. Hal ini sejalan dengan komitmen BPOM untuk meningkatkan kualitas obat dan produk kesehatan di Indonesia.
Secara keseluruhan, upaya BPOM mempersiapkan diri untuk asesmen WHO merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas obat dan produk kesehatan di Indonesia, menarik investasi, serta meningkatkan daya saing industri farmasi nasional di kancah internasional. Keberhasilan ini akan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia.