BPOM Temukan 3 Penyebab Keracunan MBG: Kontaminasi, Bakteri, dan Kegagalan Keamanan Pangan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap tiga penyebab utama keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan mendorong evaluasi menyeluruh untuk mencegah kejadian serupa.

Jakarta, 15 Mei 2024 - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengidentifikasi tiga faktor utama yang menyebabkan keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia. Ketiga faktor tersebut, yaitu kontaminasi bahan makanan, pertumbuhan dan perkembangan bakteri berbahaya, serta kegagalan dalam pengendalian keamanan pangan, kini menjadi fokus evaluasi BPOM untuk meningkatkan keamanan program tersebut.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, mengungkapkan bahwa sebanyak 17 kejadian luar biasa (KLB) keracunan terkait MBG telah teridentifikasi di 10 provinsi. "Kontaminasi terjadi pada bahan mentah maupun lingkungan pengolahan," jelas Taruna dalam rapat bersama DPR. Hal ini menekankan pentingnya pengawasan ketat pada setiap tahapan proses penyiapan makanan.
Lebih lanjut, Taruna menjelaskan bahwa pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu, waktu penyimpanan, kondisi makanan, dan proses pengolahan yang kurang tepat. Contohnya, makanan yang dimasak terlalu cepat dan terlambat didistribusikan dapat menyebabkan keracunan pada anak-anak yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, pengendalian suhu dan waktu menjadi faktor krusial dalam mencegah keracunan.
Analisis Penyebab Keracunan MBG
BPOM telah mencatat beberapa isu penting yang perlu diperbaiki untuk mencegah terulangnya kasus keracunan MBG. Ketiga penyebab utama keracunan tersebut, yaitu kontaminasi, pertumbuhan bakteri, dan kegagalan pengendalian keamanan pangan, saling berkaitan dan menunjukan perlunya perbaikan sistemik. Isu-isu tersebut antara lain:
- Data epidemiologi yang tidak lengkap
- Ketidaksesuaian parameter uji
- Parameter uji yang tidak spesifik
- Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) yang belum optimal
- Penjaminan keamanan bahan baku yang kurang terjamin
"Dengan belajar dari kondisi ini, BPOM berkomitmen mempererat kerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mencegah KLB di masa mendatang," ujar Taruna. BPOM juga berjanji memberikan pendampingan kepada petugas dapur yang menyiapkan MBG.
Peran BPOM dan Badan Gizi Nasional
Kepala BPOM menekankan pentingnya kolaborasi yang lebih erat antara BPOM dan BGN. Saat ini, BPOM seringkali hanya dilibatkan setelah terjadi KLB. "Kami berharap dapat dilibatkan sejak tahap perencanaan dan pengawasan," kata Taruna. Ia berharap DPR dapat memfasilitasi sinkronisasi kinerja BPOM dan BGN dalam program MBG agar pengawasan lebih komprehensif dan efektif.
BPOM menyadari pentingnya pengawasan yang lebih ketat dan komprehensif dalam program MBG. Dengan memperbaiki sistem keamanan pangan, mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses pengolahan dan distribusi, diharapkan kasus keracunan dapat diminimalisir. Kerja sama yang erat antara BPOM dan BGN sangat penting untuk memastikan program MBG berjalan dengan aman dan efektif, memberikan manfaat gizi yang optimal bagi anak-anak Indonesia.
Langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan BPOM dan BGN diharapkan dapat mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Hal ini memerlukan komitmen bersama dari semua pihak yang terlibat dalam program MBG, untuk memastikan keamanan dan kesehatan anak-anak Indonesia tetap terjaga.