BRGM Sukses Restorasi 1,6 Juta Hektare Lahan Gambut, Warisan Berharga untuk Indonesia
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berhasil merestorasi 1,6 juta hektare lahan gambut dan 84 ribu hektare mangrove sebelum masa tugasnya berakhir pada Desember 2024, memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), yang akan menyelesaikan masa tugasnya pada Desember 2024, telah berhasil merestorasi lahan gambut seluas 1,6 juta hektare dan merehabilitasi mangrove seluas 84 ribu hektare. Prestasi ini diraih melalui kerja keras selama periode 2016-2024, mencakup tujuh provinsi untuk restorasi gambut dan sembilan provinsi untuk rehabilitasi mangrove di Indonesia. Keberhasilan ini tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar area restorasi.
Sekretaris Utama BRGM, Ayu Dewi Utari, menyatakan bahwa restorasi gambut dan mangrove tidak hanya memulihkan lingkungan, tetapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar lahan tersebut. "Pelaksanaan restorasi gambut dan mangrove itu tidak hanya memulihkan lingkungan namun juga meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar lahan gambut dan mangrove yang umumnya berada di wilayah terdepan Indonesia," ujar Ayu dalam pernyataan resmi.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2020, BRGM beroperasi sebagai lembaga non-struktural di bawah Presiden. Lembaga ini berperan penting dalam memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tujuh provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Papua untuk program restorasi gambut, serta sembilan provinsi lainnya untuk rehabilitasi mangrove.
Capaian Signifikan BRGM dalam Restorasi Gambut dan Mangrove
Capaian BRGM selama kurun waktu 2016-2024 sangat signifikan. Selain restorasi lahan gambut seluas 1,6 juta hektare di luar konsesi, BRGM juga berhasil merehabilitasi mangrove seluas 84.396 hektare. Program rehabilitasi mangrove ini merupakan yang terbesar di dunia.
Restorasi gambut telah terbukti efektif menurunkan angka kebakaran lahan hingga 29,59 persen. Sementara itu, rehabilitasi mangrove tidak hanya meningkatkan tutupan lahan, tetapi juga produktivitas tambak dan menciptakan lapangan kerja baru. BRGM juga membangun 22.349 unit Infrastruktur Restorasi Gambut (IRG), termasuk sumur bor, sekat kanal, dan kanal timbun.
Program BRGM juga berhasil membentuk 1.185 Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dan Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM). Lebih lanjut, BRGM telah menciptakan lapangan kerja bagi 102.000 kepala keluarga dalam restorasi gambut dan 41.352 orang dalam rehabilitasi mangrove. BRGM juga membimbing 2.992 kelompok masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove.
Dampak Sosial Ekonomi dan Kelanjutan Program
BRGM saat ini tengah dalam proses likuidasi, menyelesaikan aset dan kewajiban kepada kementerian terkait. "BRGM berterima kasih kepada seluruh mitra kerja mulai dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, NGO/LSM, aparatur sipil, universitas hingga masyarakat tingkat tapak," kata Ayu Dewi Utari. Ia menekankan bahwa restorasi gambut dan mangrove bukan pekerjaan yang selesai dalam waktu singkat, melainkan membutuhkan komitmen jangka panjang.
Restorasi ini bukan hanya pekerjaan biofisik, tetapi juga mencakup aspek sosial dan ekonomi di daerah-daerah terpencil. BRGM berharap, upaya restorasi lahan basah, gambut, dan mangrove akan terus berlanjut, mengingat pentingnya peran ekosistem ini dalam menekan angka kebakaran lahan, mencegah pelepasan karbon, menjaga wilayah teritori laut Indonesia, serta sebagai sumber kehidupan masyarakat.
Keberlanjutan program restorasi gambut dan mangrove sangat penting untuk mencapai target FOLU Net Sink 2030 dan Long Term Strategy Low Carbon Climate Resilience Compatible with Paris Agreement (LTS-LCCP) 2050. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dan menjaga kelestarian lingkungan.
Program BRGM telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi lingkungan dan masyarakat Indonesia. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan contoh bagi program-program restorasi lingkungan lainnya di masa mendatang.