Budayawan Banyumas Jaga Kelestarian Gunung Slamet: Menanam Pohon dan Mendoakan Alam
Budayawan Banyumas merawat kelestarian Gunung Slamet melalui penanaman pohon dan ritual adat, serta mengkampanyekan status taman nasional untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, Bagaimana: Pada Minggu, 18 Mei, di Dusun Sirongge, Banyumas, Jawa Tengah, budayawan dan pegiat lingkungan dari sekitar Gunung Slamet melakukan penanaman ratusan bibit pohon. Kegiatan ini diinisiasi Yayasan Dhalang Nawan sebagai upaya konservasi dan penyelamatan Gunung Slamet dari kerusakan akibat alih fungsi lahan. Mereka melakukan ritual adat berupa pembacaan kidung Jawa dan penanaman 'cokbakal' sebagai simbol harapan untuk kebaikan lingkungan. Kerusakan Gunung Slamet terjadi karena pembukaan hutan untuk proyek PLTB yang gagal dan penanaman kentang di lereng gunung, menyebabkan penurunan debit air dan bencana alam.
Kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian terhadap kelestarian lingkungan Gunung Slamet. Para budayawan tidak hanya menanam pohon, tetapi juga melantunkan kidung dan melakukan ritual adat sebagai bentuk penghormatan dan permohonan kepada alam. Hal ini menunjukkan kearifan lokal yang masih dijaga dan dipraktikkan dalam upaya pelestarian alam.
Upaya pelestarian Gunung Slamet tidak hanya dilakukan dengan penanaman pohon, tetapi juga melalui kampanye menjadikan Gunung Slamet sebagai taman nasional. Hal ini bertujuan untuk melindungi gunung dari kerusakan lebih lanjut dan mengatur pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Kerusakan yang terjadi telah berdampak pada penurunan debit air, bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor, serta kerugian bagi masyarakat sekitar.
Upaya Konservasi Gunung Slamet
Ketua Yayasan Dhalang Nawan, Bambang Barata Aji, menyatakan bahwa penanaman pohon ini bertujuan untuk konservasi dan menjaga kehidupan di lereng Gunung Slamet. "Ini memang bentuknya menanam pohon, tapi tujuannya, niat kami adalah niat untuk konservasi, niat untuk menjaga kehidupan, terutama di lereng Gunung Slamet. Kami menyerukan upaya penyelamatan Gunung Slamet yang saat sekarang mengalami kerusakan," ujarnya. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh pembukaan hutan untuk proyek PLTB yang gagal dan lahan pertanian kentang.
Presidium Gunung Slamet Menuju Taman Nasional, yang diketuai Andi Rustono, terus mengkampanyekan status taman nasional untuk Gunung Slamet. Kongres Selamatkan Gunung Slamet pada 26 Oktober 2024 telah membahas berbagai isu dan tantangan terkait hal ini. Mereka menekankan bahwa gerakan ini bukan untuk melawan, melainkan untuk mengingatkan agar kerusakan Gunung Slamet tidak bertambah parah. Keberadaan taman nasional diharapkan dapat melindungi dan memelihara Gunung Slamet tanpa mengganggu sektor pariwisata.
Penanaman kentang di lereng Gunung Slamet hingga ketinggian 2.500 mdpl, meskipun tidak menguntungkan petani, justru merugikan masyarakat sekitar karena berdampak pada kerusakan hutan dan penurunan debit air. Debit air dari Gunung Slamet yang sebelumnya mencapai 10.000 liter per detik, kini hanya 6.000 liter per detik, menyebabkan penyusutan lahan sawah di Kabupaten Pemalang.
Dampak Kerusakan dan Dukungan Pemerintah
Abdul Rozak dari Jaga Rimba Desa Dawuhan, Brebes, melaporkan kerusakan hutan di lereng barat Gunung Slamet telah mencapai ketinggian 2.400 mdpl dan ratusan hektare. Ia menekankan pentingnya zonasi yang jelas dalam pengelolaan Gunung Slamet, termasuk zona konservasi, tradisional, dan pemanfaatan. Taman nasional dianggap mendesak karena perusakan hutan masih terus terjadi. Patroli Jaga Rimba masih menemukan pengalihan fungsi hutan lindung menjadi lahan pertanian kentang.
Kerusakan hutan telah berdampak pada kerusakan sungai dan bencana alam seperti tanah longsor dan banjir bandang di beberapa desa di Brebes dan Tegal. Banjir bandang yang sebelumnya jarang terjadi, kini sering terjadi sejak pembukaan hutan lindung. Para pemangku kepentingan dari lima kabupaten di sekitar Gunung Slamet sepakat untuk mengawal upaya menjadikan Gunung Slamet sebagai taman nasional.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mendukung kampanye ini dan telah mengajukan Gunung Slamet menjadi taman nasional ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan. "Surat sudah diluncurkan ke Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, dan semua menunggu hasilnya." ujar Gubernur Jawa Tengah.
Amal Jariah dan Kearifan Lokal
Budayawan Banyumas, Titut Edi Purwanto, menyebut penanaman pohon sebagai amal jariah yang akan terus memberikan manfaat bagi masyarakat. Ia mempertanyakan masih adakah ribuan mata air yang mengalir dari Gunung Slamet. "Hari ini (18/5) sebuah bentuk kemuliaan di mana saudara-saudaraku kumpul di sini, menanam pohon tahunan sebagai amal jariah walaupun si penanam sudah mati, kalau pohon itu masih hidup menjadi amal jariah yang tetap hidup si penanam itu sendiri karena memberikan keindahan, udara yang segar," katanya.
Titut menilai nenek moyang bangsa Indonesia memiliki kecerdasan tinggi dalam mengatur tata musim dan pola tanam. Ia menekankan pentingnya menurunkan kecerdasan tersebut kepada anak cucu untuk menjaga lingkungan dan alam agar kehidupan tetap stabil dan seimbang. Bangsa Indonesia memiliki kewajiban menjaga bumi pertiwi sebagai ibu yang melahirkan kehidupan.