Bulog Serap 5.000 Ton Gabah di Solo Raya: Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Perum Bulog telah menyerap 5.000 ton gabah kering panen (GKP) di Solo Raya untuk menunjang ketahanan pangan dan memberikan harga terbaik bagi petani.

Solo Raya, Jawa Tengah, 21 Maret 2024 - Perum Bulog berhasil menyerap 5.000 ton gabah kering panen (GKP) di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah. Penyerapan ini merupakan upaya strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan memberikan jaminan harga bagi para petani di daerah tersebut. Proses pembelian gabah dilakukan melalui dua skema, yaitu jemput bola langsung ke petani dan kerja sama dengan mitra maklon, memastikan hasil panen padi petani terserap secara maksimal.
Penyerapan GKP tersebut tersebar di tujuh wilayah kerja Bulog Surakarta, meliputi enam kabupaten dan satu kota di Solo Raya: Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Wilayah Sragen menjadi daerah awal panen raya, diikuti oleh Klaten, Sukoharjo, dan sebagian Karanganyar, sehingga panen berlangsung hampir serentak di seluruh wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan koordinasi yang baik antara Bulog dan pemerintah daerah dalam memastikan penyerapan hasil panen berjalan lancar.
Dengan kapasitas pengeringan sekitar 600 ton GKP per hari, Bulog Surakarta memanfaatkan teknologi dryer terbaru untuk mempercepat proses pengeringan, berkisar antara 24 hingga 48 jam tergantung jenis dryer yang digunakan. Teknologi ini sangat penting untuk menjaga kualitas gabah dan mencegah kerusakan akibat kelembapan. Namun, Bulog juga menyadari adanya keterbatasan kapasitas pengeringan di mitra maklon yang lebih kecil, sebagian besar masih menggunakan sistem bed dryer semi-mekanis.
Bulog Jamin Harga Gabah Petani
Bulog membeli gabah petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu Rp6.500 per kilogram. Harga ini dijamin untuk memberikan kepastian pendapatan bagi petani dan meningkatkan nilai tukar petani (NTP). Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah, Fadillah Rachmawati, menjelaskan bahwa dalam memaksimalkan penyerapan gabah, Bulog berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan Babinsa. Babinsa memiliki peran penting karena mendampingi petani sejak pra-penanaman hingga panen.
"Kami menyarankan (petani jual gabah) ke Bulog karena harganya terjamin, Rp6.500 per kg. Ini untuk meningkatkan nilai tukar petani atau NTP. Jadi tidak ada paksaan, tapi imbauan karena kami menjamin harga," jelas Fadillah. Kerja sama ini menunjukkan komitmen Bulog dalam mendukung kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menegaskan komitmen Bulog dalam mendukung swasembada pangan melalui pembelian gabah dan beras dari petani dalam negeri. Secara nasional, Bulog telah menyerap 300.000 ton gabah setara beras, angka tertinggi dalam 5 tahun terakhir. "Dalam 5 tahun terakhir penyerapan sebanyak 300.000 ton setara beras merupakan angka tertinggi, rata-rata penyerapan harian sudah belasan ribu ton, semoga kami bisa terus menjaga momentum ini menjelang panen raya di akhir Maret hingga April nanti," ujar Arwakhudin.
Teknologi Pengeringan Gabah Modern
Bulog Surakarta menggunakan teknologi dryer modern untuk mengeringkan gabah. Proses pengeringan yang efisien ini memastikan kualitas gabah tetap terjaga dan mengurangi risiko kerusakan. Penggunaan teknologi ini juga meningkatkan efisiensi kerja dan kapasitas pengeringan gabah.
Meskipun demikian, Bulog juga menyadari bahwa masih ada mitra maklon yang menggunakan teknologi pengeringan yang lebih sederhana. Bulog terus berupaya meningkatkan kapasitas pengeringan gabah secara keseluruhan untuk mendukung penyerapan gabah yang lebih maksimal.
Ke depannya, Bulog akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyerapan gabah, memastikan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Dengan komitmen dan strategi yang tepat, Bulog berhasil menyerap gabah dalam jumlah besar, memberikan dampak positif bagi petani dan ketahanan pangan Indonesia.