Bulog Sulselbar Optimistis Serap 579.938 Ton Setara Beras Jelang Panen Raya 2025
Bulog Sulselbar optimis mampu menyerap 579.938 ton setara beras pada tahun ini untuk memenuhi kebutuhan pangan, meskipun terjadi bencana alam di beberapa wilayah.

Makassar, 1 Maret 2024 (ANTARA) - Kantor Wilayah Perum Bulog Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) optimistis mampu mencapai target penyerapan setara beras sebesar 579.938 ton pada tahun ini. Target tersebut ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pangan menjelang puncak panen raya padi tahun 2025 di sejumlah daerah sentra pangan Sulselbar. Penyerapan ini meliputi gabah dan beras yang akan dikonversi menjadi beras.
Pimpinan Wilayah Bulog Sulselbar, Ahmad Kholisun, menjelaskan bahwa serapan beras saat ini masih tergolong rendah, sekitar dua ribuan ton. Hal ini disebabkan karena panen raya baru akan dimulai pada minggu kedua Maret dan April. Meskipun ada sedikit panen pada Januari dan Februari, jumlahnya masih relatif kecil.
Optimisme Bulog Sulselbar tetap terjaga meskipun beberapa waktu lalu terjadi bencana alam berupa banjir yang merendam areal persawahan di Kabupaten Maros dan sekitarnya. Menurut Ahmad Kholisun, dampak banjir terhadap penyerapan beras relatif kecil dibandingkan dengan surplus produksi beras di Sulsel. Pihak Bulog bahkan optimistis mampu menyerap lebih dari target yang ditetapkan.
Target Penyerapan Beras dan Dampak Bencana Alam
Ahmad Kholisun menegaskan kembali optimisme Bulog Sulselbar dalam mencapai target penyerapan beras sebesar 579.938 ton setara beras. Ia menjelaskan bahwa meskipun bencana alam seperti banjir terjadi, dampaknya terhadap produksi beras secara keseluruhan dinilai minimal. Surplus produksi yang cukup besar di Sulawesi Selatan menjadi dasar keyakinan Bulog untuk tetap optimistis.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa angka 579.938 ton setara beras merupakan gabungan dari penyerapan gabah dan beras yang kemudian dikonversi menjadi beras. Ini menunjukkan komitmen Bulog untuk menyerap hasil panen petani secara maksimal.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Maros dan sekitarnya memang sempat menimbulkan kekhawatiran. Namun, berdasarkan data dan analisis yang dilakukan Bulog, dampaknya terhadap total produksi beras di Sulawesi Selatan relatif kecil dan tidak signifikan mempengaruhi target penyerapan.
Kunjungan Gubernur Sulsel dan Stok Beras
Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, mengunjungi Gudang Perum Bulog untuk memastikan ketersediaan stok beras menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Kunjungan ini dilakukan untuk memastikan keamanan stok pangan selama periode tersebut.
Dari hasil kunjungan tersebut, diketahui bahwa stok beras di Sulsel masih sangat aman dan mencukupi, mencapai 184.000 ton. Stok tersebut diyakini cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga selesai lebaran Idul Fitri 1446 H. Gubernur menyatakan optimismenya bahwa Sulsel berada dalam zona hijau terkait ketersediaan beras.
Selain beras, Gubernur juga menekankan pentingnya pemantauan komoditas lain, seperti cabai, yang harganya cenderung mengalami kenaikan. Pemantauan harga komoditas pangan dilakukan setiap hari untuk memastikan stabilitas harga di pasar.
Kondisi Pasar Tradisional dan Harga Cabai
Gubernur Sulawesi Selatan bersama Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, dan Forkompimda juga meninjau Pasar Tradisional Terong untuk memantau harga komoditas pangan di awal Ramadhan. Meskipun harga beras relatif stabil, harga beberapa komoditas lain, terutama cabai, mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Harga cabai di Pasar Terong naik dari Rp57.000 per kilogram menjadi Rp75.000-Rp80.000 per kilogram. Kenaikan harga ini juga berdampak pada komoditas pendukung lainnya. Pemerintah daerah akan terus memantau perkembangan harga untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga pangan di pasaran.
Secara keseluruhan, Bulog Sulselbar tetap optimistis dalam mencapai target penyerapan beras, meskipun ada tantangan seperti bencana alam dan fluktuasi harga komoditas lain. Langkah-langkah pemantauan dan antisipasi terus dilakukan untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan di Sulawesi Selatan.