DPR Desak Perketat Seleksi Tenaga Medis Usai Kasus Pemerkosaan di RSHS Bandung
Kasus pemerkosaan oleh dokter PPDS di RSHS Bandung mendorong DPR meminta rumah sakit memperketat seleksi tenaga medis dan residen untuk mencegah kejadian serupa.

Jakarta, 11 April 2024 - Sebuah kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah mengguncang publik dan mendorong Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, untuk meminta seluruh rumah sakit di Indonesia memperketat proses seleksi tenaga medis dan residen. Kejadian ini terjadi di RSHS Bandung, melibatkan seorang dokter PPDS berinisial PAP (31) yang kini telah ditahan oleh Kepolisian Daerah Jawa Barat. Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengawasan dan seleksi tenaga medis di rumah sakit.
Cucun Ahmad Syamsurijal menekankan pentingnya pembelajaran dari kasus ini. "Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi rumah sakit agar menerapkan manajemen seleksi dan pengawasan yang lebih ketat untuk mengantisipasi kejadian serupa," tegasnya dalam keterangan resmi. Ia juga meminta pelaku dihukum seberat-beratnya, mengingat tindakan tersebut dilakukan oleh tenaga medis yang seharusnya menjadi pelayan dan pelindung masyarakat, bukan justru melakukan tindakan kriminal yang sangat keji.
Lebih lanjut, Cucun menyatakan bahwa tidak ada toleransi terhadap tindakan pemerkosaan, apalagi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. "Lebih-lebih tempatnya di rumah sakit yang berkewajiban untuk memastikan keamanan bagi masyarakat," ujarnya. Meskipun pelaku telah di-blacklist oleh Kementerian Kesehatan dan telah menyampaikan permintaan maaf, proses hukum tetap harus berjalan untuk menegakkan keadilan dan memberikan efek jera serta edukasi kepada publik.
Seleksi yang Lebih Ketat dan Pengawasan yang Optimal
Wakil Ketua DPR RI tersebut mendesak agar seluruh rumah sakit meningkatkan standar seleksi dan pengawasan terhadap tenaga medis, termasuk residen. Proses seleksi yang lebih ketat diharapkan mampu menyaring calon tenaga medis yang berpotensi melakukan tindakan melanggar hukum atau memiliki masalah perilaku. Hal ini termasuk pemeriksaan psikologis yang lebih komprehensif untuk mendeteksi dini potensi gangguan perilaku.
Selain itu, pengawasan yang lebih ketat juga perlu diterapkan di lingkungan rumah sakit untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual dan pelanggaran etik lainnya. Kerja sama yang erat antara pihak manajemen rumah sakit dan institusi pendidikan kedokteran sangat penting untuk memastikan kualitas dan integritas tenaga medis.
Cucun juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses seleksi dan pengawasan. Masyarakat perlu dilibatkan dalam pengawasan agar tercipta lingkungan rumah sakit yang aman dan nyaman bagi pasien dan keluarga.
Pemulihan Korban dan Kerja Sama Antar Lembaga
Selain mendesak peningkatan seleksi dan pengawasan, Cucun juga mendorong kerja sama yang erat antara manajemen RSHS Bandung dan Universitas Padjadjaran dalam upaya pemulihan korban. Pendampingan psikologis dan sosial yang optimal sangat penting untuk membantu korban mengatasi trauma yang dialaminya.
Pihak DPR menekankan pentingnya memastikan bahwa korban mendapatkan pendampingan yang memadai agar dampak psikologis dan sosial akibat kejadian tersebut dapat diatasi secara optimal. Dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, rumah sakit, dan institusi pendidikan, sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan ini.
Investigasi polisi juga mengungkapkan adanya indikasi kelainan perilaku seksual pada pelaku. Temuan ini semakin menggarisbawahi pentingnya pemeriksaan psikologis yang lebih menyeluruh dalam proses seleksi tenaga medis.
Pentingnya Pencegahan dan Edukasi
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pencegahan dan edukasi terkait kekerasan seksual. Rumah sakit perlu menyediakan mekanisme pelaporan yang mudah diakses dan aman bagi korban kekerasan seksual. Edukasi tentang kekerasan seksual juga perlu diberikan kepada seluruh tenaga medis dan staf rumah sakit.
Dengan memperketat seleksi, meningkatkan pengawasan, dan memberikan pendampingan yang optimal kepada korban, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang. Kasus ini menjadi momentum untuk memperbaiki sistem dan memastikan keselamatan pasien serta keluarga mereka di lingkungan rumah sakit.
Langkah-langkah konkret yang harus diambil oleh rumah sakit antara lain: memperbaiki sistem rekrutmen tenaga medis, meningkatkan pelatihan tentang etika profesi dan penanganan kasus kekerasan seksual, serta memberikan akses yang mudah bagi korban untuk melaporkan kejadian yang dialaminya.