Eks Ketua PN Surabaya Terima Suap Rp238 Juta Kasus Vonis Bebas Ronald Tannur
Hakim nonaktif Mangapul mengungkapkan mantan Ketua PN Surabaya, Rudi Suparmono, menerima suap Rp238 juta dari uang 'terima kasih' atas vonis bebas Ronald Tannur, yang melibatkan sejumlah hakim dan pengacara.

Hakim nonaktif Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Mangapul, menjadi saksi kunci dalam sidang kasus dugaan suap yang menjerat sejumlah pihak terkait vonis bebas terpidana pembunuhan, Ronald Tannur. Sidang yang berlangsung di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin, mengungkap keterlibatan mantan Ketua PN Surabaya, Rudi Suparmono, yang diduga menerima uang sebesar 20 ribu dolar Singapura atau setara Rp238 juta (kurs Rp11.900).
Uang tersebut merupakan bagian dari 'uang terima kasih' yang diberikan oleh ibunda Ronald Tannur, Meirizka Widjaja Tannur, dan penasihat hukumnya, Lisa Rachmat, atas vonis bebas yang diberikan kepada Ronald Tannur pada tahun 2024. Total uang yang dibagikan mencapai 140 ribu dolar Singapura atau sekitar Rp1,66 miliar. Pembagian uang ini, menurut kesaksian Mangapul, atas permintaan hakim nonaktif Erintuah Damanik.
Mangapul menjelaskan kronologi pembagian uang tersebut, yang melibatkan beberapa pihak. Selain Rudi Suparmono, uang juga diberikan kepada panitera PN Surabaya, Siswanto, hakim nonaktif Heru Hanindyo, dan Erintuah Damanik sendiri. Mangapul sendiri menerima bagiannya sebesar 36 ribu dolar Singapura atau Rp428,4 juta.
Pembagian Uang dan Peran Para Pihak
Menurut pengakuan Mangapul, pembagian uang dilakukan dua hari sebelum putusan kasus Ronald Tannur dibacakan. Erintuah Damanik, sebagai hakim ketua, meminta para hakim anggota, termasuk Mangapul dan Heru, untuk 'satu pintu' dalam pengambilan keputusan. Hal ini mengisyaratkan adanya kesepakatan untuk memberikan vonis bebas kepada Ronald Tannur.
Mangapul menyatakan bahwa setelah musyawarah, mereka sepakat memberikan vonis bebas kepada Ronald Tannur berdasarkan fakta-fakta yang ada. Pernyataan 'satu pintu' dari Erintuah Damanik menunjukkan adanya koordinasi dan kesepakatan di antara para hakim untuk memberikan putusan yang telah disepakati sebelumnya.
Besaran uang yang diterima masing-masing pihak cukup signifikan. Rudi Suparmono menerima Rp238 juta, Siswanto Rp119 juta, Mangapul dan Heru Hanindyo masing-masing Rp428,4 juta, dan Erintuah Damanik Rp452,2 juta. Total uang yang dibagikan mencapai Rp1,66 miliar.
Kasus Lain yang Terkait
Kasus ini tidak berdiri sendiri. Mangapul juga bersaksi dalam kasus dugaan pemufakatan jahat berupa pembantuan suap dalam penanganan perkara Ronald Tannur di tingkat kasasi, dan kasus gratifikasi yang menjerat mantan pejabat Mahkamah Agung (MA), Zarof Ricar. Zarof didakwa menerima suap dan gratifikasi senilai miliaran rupiah.
Lisa Rachmat, penasihat hukum Ronald Tannur, juga menjadi terdakwa dalam kasus ini. Ia didakwa memberikan suap kepada hakim di PN Surabaya dan MA untuk mengondisikan kasus Ronald Tannur. Sementara itu, Meirizka Widjaja Tannur, ibunda Ronald Tannur, diduga memberikan suap kepada tiga hakim di PN Surabaya untuk mendapatkan vonis bebas untuk anaknya.
Kasus ini melibatkan banyak pihak dan menunjukkan adanya dugaan praktik korupsi yang sistematis dalam sistem peradilan. Tindakan ini tentu sangat merugikan kepercayaan publik terhadap integritas dan keadilan sistem peradilan di Indonesia.
Proses hukum masih terus berjalan, dan para terdakwa akan menghadapi konsekuensi hukum atas perbuatannya. Kasus ini menjadi pengingat penting betapa pentingnya menjaga integritas dan transparansi dalam sistem peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan.