Ekspor Sawit 2024 Sumbang Devisa Rp440 Triliun, Gapki Ungkap Penurunan di Tahun Berikutnya
Ekspor minyak sawit Indonesia pada 2024 mencapai Rp440 triliun, meskipun terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya; Gapki memprediksi penurunan ekspor berlanjut di 2025.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia pada tahun 2024 telah menyumbangkan devisa sebesar 27,76 miliar dolar AS atau sekitar Rp440 triliun. Ekspor tersebut berasal dari volume 29,5 juta ton CPO. Laporan ini disampaikan oleh Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, di Jakarta pada Jumat lalu. Meskipun memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara, angka ini menunjukan penurunan dibandingkan tahun 2023.
Meskipun menghasilkan devisa yang signifikan, Eddy Martono menjelaskan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia pada 2024 mengalami penurunan baik dari segi nilai maupun volume jika dibandingkan dengan tahun 2023. Pada tahun 2023, ekspor mencapai 32,2 juta ton dengan nilai 30,32 miliar dolar AS atau sekitar Rp463 triliun. Penurunan ini terjadi meskipun harga Free on Board (FOB) rata-rata dalam dolar AS per ton untuk semua produk mengalami kenaikan.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan ekspor ke beberapa negara utama. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor ke China (2,38 juta ton) dan India (1,13 juta ton), diikuti oleh penurunan yang lebih kecil ke Bangladesh, Malaysia, AS, dan Uni Eropa. Lebih rinci lagi, ekspor pada bulan Desember 2024 mencapai 2,06 juta ton, turun 21,88 persen dibandingkan bulan November 2024 (2,63 juta ton). Penurunan terbesar di bulan Desember terjadi pada ekspor ke India (246 ribu ton) dan China (39 ribu ton), sementara Pakistan (486 ribu ton) dan Timur Tengah (164 ribu ton) menunjukan peningkatan ekspor.
Analisis Penurunan Ekspor dan Proyeksi 2025
Penurunan ekspor minyak sawit pada tahun 2024 menunjukkan adanya tantangan yang dihadapi sektor perkebunan sawit Indonesia. Meskipun harga FOB mengalami kenaikan, penurunan volume ekspor ke beberapa negara utama menjadi faktor utama penurunan devisa. Gapki mencatat penurunan terbesar terjadi pada ekspor ke China dan India, dua pasar utama bagi produk sawit Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dan pelaku industri untuk mencari strategi agar dapat meningkatkan daya saing produk sawit Indonesia di pasar internasional.
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan ekspor ini perlu dikaji lebih mendalam. Analisis yang komprehensif diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab penurunan tersebut, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal dapat berupa efisiensi produksi, kualitas produk, dan strategi pemasaran, sementara faktor eksternal dapat berupa kebijakan perdagangan internasional dan kondisi ekonomi global.
Gapki memproyeksikan produksi minyak sawit pada tahun 2025 akan mencapai 53,6 juta ton, dengan konsumsi domestik sebesar 26,1 juta ton (termasuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton). Dengan proyeksi tersebut, ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton, lebih rendah dari ekspor tahun 2024 sebesar 29,5 juta ton. Ini menandakan bahwa tren penurunan ekspor diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2025.
Sektor Sawit sebagai Pilar Ekonomi Nasional
Terlepas dari penurunan ekspor, Eddy Martono menegaskan bahwa sektor industri sawit tetap menjadi pilar penting ekonomi nasional. Hal ini dibuktikan dengan jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini. Saat ini, diperkirakan sekitar 16,2 juta orang terlibat dalam industri sawit, menunjukkan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah perlu terus mendukung dan mengembangkan sektor ini secara berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Ke depan, strategi yang tepat diperlukan untuk menghadapi tantangan penurunan ekspor dan memastikan keberlanjutan industri sawit Indonesia. Diversifikasi pasar ekspor, peningkatan kualitas produk, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan menjadi beberapa langkah penting yang dapat diambil. Kerjasama antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya sangat krusial untuk mencapai tujuan tersebut.
Meskipun terdapat tantangan, sektor sawit tetap memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan komitmen dari semua pihak, industri sawit dapat terus tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia.