El Nino Ancam Seni Gua Prasejarah Maros: Pakar Unhas Ungkap Dampaknya
Penelitian terbaru mengungkap dampak El Nino terhadap degradasi seni cadas di Gua Prasejarah Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, mengancam warisan budaya berusia lebih dari 50.000 tahun.

Makassar, 22 Maret 2024 - Perubahan iklim, khususnya fenomena El Nino, mengancam kelestarian seni cadas di Gua Prasejarah Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar Hidrometeorologi Unhas, Prof. Dr. Halmar Halide MSc, dalam Webinar Peringatan Hari Meteorologi Dunia di ITB. Prof. Halmar memaparkan temuan penelitiannya yang menghubungkan perubahan iklim dan cuaca ekstrem dengan degradasi warisan budaya Indonesia, khususnya seni gua berusia lebih dari 50.000 tahun.
Dalam presentasinya, "The Impact of ENSO and Weather on Cave Art Exfoliation in the UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep", Prof. Halmar menjelaskan bagaimana fluktuasi suhu dan kelembaban akibat El Nino mempercepat pengelupasan seni cadas di beberapa gua, termasuk Leang Pettae, Leang Parewe, Leang Jing, dan Leang Jarie. Penelitian ini menggunakan data cuaca dari NASA dan indeks ENSO untuk membangun model prediksi tingkat kerusakan lukisan gua, yang menunjukkan korelasi signifikan antara perubahan iklim dan degradasi seni cadas.
Selain dampak El Nino, aktivitas manusia juga berperan memperparah kerusakan. Emisi dari kendaraan diesel, pembakaran jerami, dan industri menghasilkan aerosol sulfur yang mempercepat proses degradasi. Penelitian ini bahkan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk memodelkan hubungan antara variabilitas iklim dan tingkat kerusakan, menghasilkan model prediksi yang dapat membantu upaya konservasi.
Ancaman El Nino terhadap Seni Cadas Maros-Pangkep
Penelitian Prof. Halmar memberikan perspektif baru tentang ancaman perubahan iklim terhadap warisan budaya. Tidak hanya bencana alam yang menjadi dampaknya, tetapi juga degradasi aset budaya bernilai tinggi seperti seni cadas di Maros-Pangkep. "Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki korelasi signifikan dengan tingkat kerusakan seni cadas tersebut," tegas Prof. Halmar.
Temuan ini menekankan urgensi konservasi seni cadas yang tidak hanya menjadi tanggung jawab arkeolog atau sejarawan, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang dinamika iklim global. Kerja sama antar berbagai disiplin ilmu dan kementerian sangat penting untuk mengembangkan strategi konservasi yang efektif dan berkelanjutan.
Prof. Halmar juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menghindari tumpang tindih riset dan menciptakan solusi yang lebih efektif. "Kita perlu menghindari kerja sendiri-sendiri yang bisa berujung pada tumpang tindih riset. Justru, dengan menghimpun para peneliti dan pihak terkait dalam satu kolaborasi besar, kita bisa menciptakan solusi yang lebih efektif," ujarnya.
Pemanfaatan Teknologi dan Kolaborasi Lintas Sektor
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat membantu dalam upaya konservasi. Model prediksi yang dihasilkan dari data NASA dan indeks ENSO memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang pola pengelupasan seni cadas dan membantu dalam perencanaan strategi konservasi yang tepat sasaran.
Kolaborasi lintas sektor, yang melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, juga menjadi kunci keberhasilan upaya konservasi. Dengan menggabungkan keahlian dari bidang arkeologi, klimatologi, teknologi informasi, dan lain-lain, strategi konservasi yang komprehensif dan efektif dapat dikembangkan.
Webinar di ITB juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga warisan budaya dalam konteks perubahan iklim. Dengan menghadirkan pakar dari berbagai universitas dan institusi, diharapkan diskusi lebih luas dapat tercipta mengenai peran ilmu atmosfer dalam menjaga warisan budaya dunia.
Kesimpulan
Penelitian Prof. Halmar tentang dampak El Nino terhadap seni gua prasejarah Maros-Pangkep menyoroti pentingnya kolaborasi dan pemanfaatan teknologi dalam upaya konservasi warisan budaya di tengah perubahan iklim. Upaya konservasi yang efektif memerlukan pendekatan multidisiplin dan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan budaya untuk generasi mendatang. Penelitian ini juga menekankan perlunya strategi konservasi berbasis pemantauan iklim yang berkelanjutan.