Fakta IP 300: Satgas Swasembada Pangan Jambi Dorong Kolaborasi untuk Peningkatan Panen Padi Tiga Kali Setahun
Satgas Swasembada Pangan Jambi aktif mendorong kolaborasi pemerintah, brigade pangan, dan petani demi peningkatan hasil panen padi, bahkan hingga tiga kali setahun. Bagaimana strateginya?

Satuan Tugas (Satgas) Swasembada Pangan Provinsi Jambi secara proaktif mendorong kolaborasi erat antara pemerintah daerah, brigade pangan, dan para petani. Inisiatif ini bertujuan utama untuk mendukung peningkatan signifikan hasil panen padi di seluruh wilayah Jambi. Upaya kolektif ini diharapkan mampu mempercepat pencapaian target swasembada pangan nasional.
Penanggung Jawab Satgas Swasembada Pangan Provinsi Jambi, Yuris Tiyanto, menegaskan pentingnya sinergi dari hulu hingga hilir dalam proses produksi pangan. Menurutnya, program swasembada pangan di Jambi telah berjalan dengan baik, dan kehadiran brigade pangan memberikan dampak positif yang besar. Brigade pangan ini dibekali dengan pengelolaan anggaran secara mandiri untuk mendukung program peningkatan hasil panen.
Program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan kuantitas, tetapi juga kualitas panen. Dengan melibatkan berbagai pihak, diharapkan kendala yang muncul di lapangan dapat diatasi secara efektif. Kolaborasi ini menjadi kunci utama untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan program ketahanan pangan di Provinsi Jambi.
Peran Strategis Brigade Pangan dalam Swasembada
Brigade pangan merupakan elemen krusial dalam program swasembada pangan di Jambi, dibentuk dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan petani. Mereka diberikan keleluasaan dalam mengelola anggaran yang bersumber dari pemerintah, khusus untuk mendukung upaya peningkatan hasil panen. Keberadaan brigade ini dinilai sangat membantu petani dalam mengoptimalkan produksi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Jambi, Rumusdar, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah telah berhasil membentuk 69 unit brigade pangan. Setiap unit ini dilengkapi dengan berbagai alat pertanian esensial, mulai dari peralatan pengolahan tanah, alat panen, hingga pompa air, yang semuanya berasal dari Kementerian Pertanian (Kementan). Peralatan ini memungkinkan brigade pangan untuk bekerja sama secara mandiri dengan kelompok tani.
Lebih lanjut, brigade pangan memiliki mandat untuk mengambil alih penggarapan lahan tidur yang tidak termanfaatkan. Dengan demikian, lahan-lahan yang sebelumnya tidak produktif dapat diubah menjadi area pertanian yang menghasilkan. Setiap kelompok brigade pangan juga dibekali dana rata-rata sebesar Rp3 miliar dari Kementan, menegaskan komitmen pemerintah dalam menyukseskan program ketahanan pangan ini.
Tantangan dan Strategi Implementasi IP 300
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi adalah menjaga Indeks Pertanaman tiga kali dalam setahun (IP 300). Yuris Tiyanto menekankan bahwa pencapaian IP 300 harus diiringi dengan penerapan pola tanam yang benar dan terencana. Hal ini krusial mengingat potensi serangan hama yang cenderung tinggi pada intensitas tanam seperti ini.
Untuk meminimalkan risiko serangan hama, diperlukan kekompakan dari para petani dalam melakukan gerakan tanam serempak. Pemilihan jenis pupuk dan pestisida yang tepat juga menjadi faktor penentu dalam menjaga mutu panen agar tetap baik dan ramah lingkungan. Pendekatan terpadu ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Keterlibatan penyuluh lapangan juga dimaksimalkan untuk memberikan pemahaman komprehensif kepada petani mengenai praktik pertanian terbaik. Mereka berperan dalam edukasi tentang pencegahan hama, penggunaan pupuk yang efisien, dan teknik budidaya yang mendukung IP 300. Melalui edukasi dan pendampingan, diharapkan petani dapat mengadopsi metode yang lebih efektif untuk meningkatkan produktivitas lahan mereka.