Fakta IQ Anak Stunting: Program Genting BKKBN Wujudkan Keadilan Sosial Atasi Stunting di Sulawesi Selatan
Mendukbangga Wihaji tegaskan Program Genting sebagai wujud keadilan sosial untuk atasi stunting, terutama di Sulawesi Selatan yang angka stuntingnya masih di atas rata-rata nasional. Simak selengkapnya!

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji menegaskan Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) sebagai wujud keadilan bagi seluruh masyarakat. Program ini mengedepankan intervensi berbasis keadilan sosial yang ditujukan kepada keluarga yang belum beruntung.
Pernyataan tersebut disampaikan Wihaji pada kegiatan Menteri Ketemu Kader KB Kreatif Berencana (Mekar KB Keren) di Makassar, Sulawesi Selatan. Acara ini dihadiri 2.000 Penyuluh Keluarga Berencana (PKB/PLKB) dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) se-Sulawesi Selatan, sebagai rangkaian Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
Program Genting menjadi krusial karena banyak daerah yang sumber daya alamnya melimpah namun masyarakatnya masih menghadapi masalah stunting. Ini merupakan tanggung jawab kolektif untuk memastikan pemerataan gizi dan kesehatan bagi seluruh anak bangsa.
Angka Stunting di Sulawesi Selatan dan Urgensi Penanganan
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, angka stunting di Sulawesi Selatan tercatat 23,3 persen. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 4,1 persen dari tahun sebelumnya. Capaian ini menempatkan Sulsel sebagai provinsi dengan penurunan stunting terbaik kedua secara nasional setelah Jawa Barat.
Meskipun demikian, angka stunting di Sulsel masih berada di atas rata-rata nasional yang saat ini mencapai 19,8 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dari setiap sepuluh balita di Sulawesi Selatan, terdapat dua balita yang terindikasi stunting. Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari semua pihak.
Wihaji menekankan pentingnya kewaspadaan dan kerja keras dari para kepala daerah untuk mengatasi stunting di wilayahnya. Intervensi sejak dini sangat krusial agar anak-anak Indonesia dapat memiliki IQ yang optimal. Stunting dapat memengaruhi kapasitas kognitif mereka secara signifikan.
Rata-rata IQ anak yang mengalami stunting berpotensi berada di bawah 78. Kondisi ini secara langsung dapat memengaruhi masa depan dan kualitas sumber daya manusia di kemudian hari. Oleh karena itu, penanganan stunting adalah investasi jangka panjang bagi bangsa.
Kolaborasi Lintas Sektor dan Peran Penting Kader
Penanganan stunting tidak dapat diemban sendiri oleh pemerintah. Kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menyukseskan program-program prioritas. Sinergi ini menjadi kunci utama dalam mencapai target penurunan stunting.
Meskipun negara memiliki kewajiban untuk hadir, tidak semua kebutuhan dapat dicakup dengan cepat. Oleh karena itu, dukungan dan kerja sama dari seluruh elemen masyarakat menjadi esensial. Mendukbangga meminta seluruh pemangku kebijakan di Sulawesi Selatan untuk terus memperkuat kerja kolaboratif demi menyelamatkan generasi mendatang dari ancaman kekurangan gizi kronis.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Shodiqin, turut menekankan vitalnya peran Penyuluh KB dan kader di lapangan. Mereka adalah ujung tombak dalam mendukung program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta upaya penurunan stunting. Dedikasi mereka sangat berarti.
Saat ini, Sulawesi Selatan memiliki basis kekuatan yang signifikan dalam penanganan stunting. Ini mencakup 1.539 Penyuluh Keluarga Berencana (PKB/PLKB), 6.653 Tim Pendamping Keluarga (TPK), 3.056 Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD), serta 13.414 Sub PPKBD yang tersebar luas. Apresiasi dan dukungan terus diberikan untuk memotivasi mereka menjalankan program strategis seperti Program Genting, Gerakan Ayah Teladan (GATI), Lansia Berdaya (Sidaya), dan Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya).