Fakta Menarik: 3.059 Koperasi Merah Putih Sulsel Resmi Beroperasi, Dorong Ekonomi Desa Digital
Sebanyak 3.059 Koperasi Merah Putih Sulsel kini resmi beroperasi, menjadi motor penggerak ekonomi desa berbasis digital. Simak bagaimana inisiatif ini mengubah wajah perekonomian lokal.

Sebanyak 3.059 Koperasi Merah Putih di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) secara resmi mulai beroperasi. Peresmian ini dilakukan setelah Presiden Prabowo Subianto meluncurkan 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih secara serentak di seluruh Indonesia pada Senin, 21 Juli. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi di tingkat desa.
Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, menyatakan bahwa seluruh koperasi di wilayahnya telah tuntas didirikan dan dilengkapi dengan akta resmi. Kabupaten Takalar dipilih sebagai proyek percontohan digitalisasi, menunjukkan komitmen pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan harapan Presiden untuk menggerakkan roda ekonomi langsung di desa.
Peresmian di Takalar, tepatnya di Desa Aeng Batu-Batu, menyoroti koperasi desa yang dilengkapi fasilitas digitalisasi. Koperasi ini siap mengintegrasikan sembilan layanan ekonomi berbasis masyarakat. Pemerintah provinsi dan kabupaten berharap koperasi digital ini menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
Koperasi Merah Putih: Penggerak Ekonomi Desa Berbasis Digital
Gubernur Andi Sudirman Sulaiman menekankan pentingnya peran Koperasi Merah Putih dalam memutar ekonomi di desa. Ia juga menitipkan pesan kepada masyarakat agar aktif berbelanja di koperasi desa. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan di tingkat lokal.
Pemerintah telah menetapkan Kabupaten Takalar sebagai lokasi proyek percontohan untuk digitalisasi koperasi desa. Koperasi di Takalar ini dirancang untuk mengintegrasikan sembilan layanan ekonomi penting. Ini mencerminkan visi pemerintah untuk modernisasi pengelolaan koperasi.
Koperasi Merah Putih Aeng Batu-Batu di Takalar dilengkapi dengan berbagai unit usaha krusial. Unit-unit ini mencakup gerai layanan simpan pinjam syariah, produk UMKM, serta bahan pokok. Keberagaman layanan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Selain itu, koperasi ini juga menyediakan klinik, apotek, pangkalan elpiji, dan penjualan sarana produksi pertanian. Fasilitas lain meliputi gudang pupuk, agen pos, agen mandiri, hingga kafe. Kelengkapan ini menjadikan koperasi sebagai pusat layanan terpadu bagi warga desa.
Digitalisasi dan Transparansi dalam Pengelolaan Koperasi
Bupati Takalar, M Firdaus Daeng Manye, menjelaskan bahwa Koperasi Desa Merah Putih ini memiliki sembilan unit usaha aktif yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Unit-unit tersebut meliputi klinik, apotek, sembako, gas, bank syariah, alat dan mesin pertanian (alsintan), serta alat tulis.
Keunggulan utama koperasi ini terletak pada sistem digitalisasinya. Seluruh transaksi sudah menggunakan EDC dan dapat menerima pembayaran melalui QRIS. Semua data tercatat secara otomatis dalam sistem, memastikan akurasi dan efisiensi operasional.
Firdaus menambahkan bahwa koperasi ini juga mengimplementasikan sistem digitalisasi untuk manajemen stok dan pengaturan keuangan. Dengan sistem ini, setiap transaksi dapat dipantau secara langsung dan transparan. Hal ini penting untuk menghindari praktik pengelolaan yang tidak jelas seperti di masa lalu.
"Dengan sistem ini, ketua koperasi harus bisa kelola unit usahanya dengan transparan dan profesional," tegas Firdaus. Ia berharap tidak ada lagi koperasi yang pengelolaan keuangannya tidak jelas, seperti yang pernah terjadi pada Koperasi Unit Desa (KUD) di masa lampau.
Potensi Ekonomi dan Pendanaan Koperasi Merah Putih
Dengan menyasar sekitar 5.000 penduduk atau seribuan kepala keluarga, Koperasi Desa Merah Putih diharapkan mampu menciptakan perputaran ekonomi signifikan. Potensi omzet yang diperkirakan bisa mencapai Rp1 miliar hingga Rp2 miliar per tahun. Angka ini menunjukkan dampak ekonomi yang besar bagi desa.
Sebagai contoh, Firdaus menghitung potensi omzet dari penjualan gas elpiji saja. Jika 500 rumah tangga membeli dengan margin Rp3 ribu, maka potensi omzetnya bisa mencapai Rp15 juta per bulan. Ini baru dari satu unit usaha, menunjukkan potensi besar dari berbagai layanan yang disediakan.
Mengenai pendanaan awal, Firdaus mengemukakan bahwa koperasi ini sementara didanai oleh dana desa internal. Ini menunjukkan kemandirian awal dalam operasional. Sumber pendanaan ini penting untuk memastikan keberlanjutan operasional koperasi.
Ke depan, pendanaan Koperasi Merah Putih akan diperkuat melalui dukungan pinjaman dari alokasi dana desa. Pinjaman ini berkisar antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar. Dukungan finansial ini diharapkan dapat memperluas jangkauan dan kapasitas koperasi dalam melayani masyarakat.