Fakta Mengejutkan: Ekspor Hasil Tambang Jambi Anjlok Hampir 30 Persen, Ini Biang Keroknya!
Ekspor Hasil Tambang Jambi alami penurunan drastis pada semester I 2025. Apa penyebab utama anjloknya nilai ekspor komoditas vital ini?

Provinsi Jambi menghadapi tantangan signifikan dalam sektor pertambangan. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi menunjukkan adanya penurunan drastis pada ekspor hasil tambang selama periode semester I 2025.
Penurunan ini, yang mencapai hampir 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menimbulkan kekhawatiran. Gubernur Jambi, Al Haris, mengonfirmasi bahwa kendala utama terletak pada infrastruktur dan jalur pengangkutan komoditas tambang.
Situasi ini tidak hanya berdampak pada volume penjualan batubara, gas alam, dan minyak bumi ke pasar internasional, tetapi juga berpotensi memengaruhi penerimaan daerah. Upaya percepatan pembangunan jalan khusus batubara menjadi fokus utama untuk mengatasi masalah ini.
Penurunan Drastis Ekspor Hasil Tambang Jambi
Berdasarkan rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, ekspor hasil tambang Jambi mengalami koreksi signifikan pada semester pertama tahun 2025. Sektor pertambangan yang mencakup batubara, gas alam, dan minyak bumi secara kumulatif menunjukkan penurunan sebesar 29,79 persen.
Angka ini merupakan perbandingan langsung dengan periode yang sama pada Januari hingga Juni 2024. Pada semester I 2025, nilai ekspor tercatat sebesar 534,19 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan nilai ekspor pada periode serupa tahun 2024 yang mencapai 760,83 juta dolar AS. Penurunan ini mengindikasikan adanya hambatan serius dalam aktivitas ekspor komoditas strategis dari Jambi.
Kendala Jalur Pengangkutan Jadi Biang Kerok
Gubernur Jambi, Al Haris, membenarkan bahwa kendala utama di balik anjloknya ekspor hasil tambang Jambi adalah masalah pada jalur pengangkutan. Saat ini, pengangkutan komoditas tambang, khususnya batubara, masih sangat bergantung pada jalur darat.
Pemerintah provinsi telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap kendaraan pengangkut batubara yang melintasi jalan nasional. Langkah ini diambil untuk mengurangi kemacetan parah yang sering terjadi dan mengganggu aktivitas masyarakat.
Selain jalur darat, pengangkutan melalui jalur sungai Batanghari juga menghadapi kendala serius. Musim kemarau yang berkepanjangan telah menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga kapal pengangkut tidak dapat beroperasi secara optimal. Dua kondisi ini secara langsung berdampak pada volume penjualan batubara ke luar daerah dan internasional.
Percepatan Pembangunan Jalan Khusus Batubara Sebagai Solusi
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Jambi tidak memiliki pilihan lain selain terus mendorong percepatan pembangunan jalan khusus pengangkutan batubara. Gubernur Al Haris menegaskan bahwa penyelesaian jalan khusus ini sangat krusial untuk meningkatkan kembali kuota ekspor hasil tambang Jambi.
Penyelesaian infrastruktur ini diharapkan tidak hanya melancarkan distribusi, tetapi juga berdampak positif pada peningkatan penerimaan daerah dari sektor pertambangan. Saat ini, pengerjaan jalan khusus dari mulut tambang menuju pelabuhan penampungan masih terus berjalan.
Untuk mempercepat proses, pemerintah daerah bahkan membuka peluang bagi perusahaan baru yang berminat untuk berinvestasi dan mengembangkan jalan khusus tersebut. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) sendiri menargetkan penjualan batubara Jambi sebesar 19 juta ton pada tahun 2024, namun hanya mampu terealisasi sekitar 11 juta ton, menunjukkan urgensi solusi ini.