Fakta Unik: Tarif Impor Indonesia ke AS Terendah di ASEAN, Ini Manfaat Kesepakatan Tarif Impor AS
Menko Airlangga jelaskan detail Kesepakatan Tarif Impor AS yang baru, menempatkan Indonesia pada posisi paling menguntungkan di ASEAN. Apa dampaknya bagi ekonomi?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini menggelar sosialisasi terkait Kesepakatan Tarif Impor AS yang baru. Acara ini diselenggarakan di Jakarta pada Senin (22/7) dan dihadiri oleh perwakilan pelaku bisnis serta asosiasi perdagangan.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para pemangku kepentingan mengenai dampak perjanjian tersebut. Kesepakatan ini menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat menguntungkan di antara negara-negara ASEAN.
Dalam pernyataan resminya, Menko Airlangga menegaskan bahwa tarif baru yang dikenakan pada produk Indonesia adalah yang terendah. Ini merupakan pencapaian strategis yang akan memberikan keuntungan signifikan bagi perekonomian nasional.
Indonesia Raih Tarif Terendah di Antara Negara Pesaing
Kesepakatan tarif impor terbaru antara Indonesia dan Amerika Serikat telah menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat kompetitif. Menurut Airlangga Hartarto, tarif yang dikenakan pada produk-produk Indonesia adalah yang terendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya dan pesaing ekspor utama.
Sebagai perbandingan, Vietnam dan Filipina menghadapi tarif hingga 20 persen, sementara Malaysia dan Brunei sebesar 25 persen. Kamboja dikenakan tarif 36 persen, Myanmar dan Laos 40 persen, serta Thailand 36 persen. Negara-negara penghasil tekstil seperti Bangladesh, Sri Lanka, Pakistan, dan India bahkan menghadapi tarif yang lebih tinggi, berkisar antara 27 hingga 35 persen.
Struktur tarif impor Indonesia, berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2022, mencakup 11.555 kode HS (Harmonized System). Dari jumlah tersebut, 11,7 persen memiliki tarif 0 persen, sedangkan 47,1 persen dikenakan tarif 5 persen. Dengan perjanjian ini, Indonesia memperluas akses tarif nol persen ke AS, serupa dengan kesepakatan dagang lainnya yang telah terjalin dengan ASEAN, Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Jepang.
Dampak Strategis dan Perlindungan Industri Nasional
Perjanjian dagang ini tidak hanya berfokus pada pengurangan tarif, tetapi juga berhasil menyelesaikan beberapa hambatan perdagangan non-tarif. Detail spesifik mengenai penyelesaian hambatan non-tarif ini akan dipublikasikan dalam pernyataan bersama yang akan segera dikeluarkan oleh kedua negara.
Airlangga Hartarto menekankan bahwa Kesepakatan Tarif Impor AS ini tidak akan berdampak negatif pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini karena perjanjian tersebut sebagian besar melibatkan impor barang yang memang sudah dibutuhkan oleh Indonesia, seperti gandum, kedelai, dan komoditas terkait energi, namun dari sumber baru.
Pemotongan tarif timbal balik ini diharapkan memberikan manfaat strategis bagi Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, peningkatan ketahanan pangan, dan perlindungan yang lebih baik bagi industri padat karya. Potensi perlindungan ini dapat menyelamatkan hingga satu juta lapangan kerja di sektor-sektor tersebut.
Produk Indonesia, seperti minyak sawit, telah menunjukkan peningkatan daya saing dengan permintaan yang terus meningkat di AS dan Eropa. Airlangga menyatakan, “Jika kesepakatan ini tidak tercapai, kita berisiko kehilangan daya saing, dan satu juta pekerjaan bisa terancam.”
Indonesia Pionir Kesepakatan Dagang dengan AS
Indonesia termasuk di antara negara-negara pertama yang berhasil mengamankan perjanjian perdagangan semacam ini dengan Amerika Serikat. Sebagai hasil dari Kesepakatan Tarif Impor AS ini, tarif 19 persen yang semula direncanakan akan berlaku pada 1 Agustus, tidak akan lagi diterapkan pada barang-barang Indonesia.
Kebijakan tarif baru ini akan diformalkan dalam pernyataan bersama yang akan segera diterbitkan. Amerika Serikat menunjukkan komitmennya untuk menjadi mitra strategis bagi Indonesia, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.