Freeport Indonesia Kurangi Produksi Konsentrat Tembaga: Penyimpanan Penuh & Izin Ekspor Terhambat
PT Freeport Indonesia mengurangi produksi konsentrat tembaga hingga 60% karena kapasitas penyimpanan penuh akibat terhambatnya izin ekspor dan kebakaran di smelter Gresik.

Jakarta, 14 Februari 2025 - PT Freeport Indonesia (PTFI) mengumumkan pengurangan produksi konsentrat tembaga hingga 60% dari kapasitas normal. Penyebabnya? Kapasitas penyimpanan konsentrat di fasilitas Amamapare, Papua, dan smelter Gresik, Jawa Timur, telah penuh. VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, mengkonfirmasi hal ini kepada ANTARA.
Penyebab Penurunan Produksi
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba), Tri Winarno, sebelumnya telah menyatakan pengurangan produksi ini. Ia menjelaskan bahwa penumpukan konsentrat disebabkan oleh terhambatnya izin ekspor yang telah berakhir pada 31 Desember 2024. Situasi ini diperparah oleh kebakaran yang melanda unit pengolahan asam sulfat di smelter Gresik pada Oktober 2024.
Kebakaran tersebut menghentikan sementara operasional smelter, memaksa PTFI mengajukan perpanjangan izin ekspor. Pemerintah, menurut Tri Winarno, masih menyelidiki insiden kebakaran tersebut. Hasil investigasi menunjukkan tidak ada unsur kesengajaan, yang menjadi faktor penting terkait klaim asuransi.
Dampak Kebakaran dan Izin Ekspor
Smelter Gresik direncanakan beroperasi kembali pada Juli 2025, secara bertahap mencapai kapasitas penuh pada Desember 2025. Namun, pemberian izin ekspor konsentrat masih belum pasti, meskipun investigasi kebakaran telah selesai. Pemerintah menyatakan proses perizinan masih berlangsung.
Penyesuaian produksi ini berdampak signifikan terhadap operasional PTFI. Penumpukan konsentrat di fasilitas penyimpanan menunjukkan ketidakseimbangan antara produksi dan ekspor. Ketidakpastian izin ekspor menimbulkan tantangan bagi perencanaan produksi jangka panjang PTFI.
Langkah-langkah ke Depan
PTFI kini fokus pada optimalisasi produksi dengan kapasitas penyimpanan yang terbatas. Mereka juga menunggu kepastian izin ekspor dari pemerintah. Situasi ini menyoroti pentingnya koordinasi antara perusahaan pertambangan dan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam dan kepastian regulasi.
Kejadian ini juga menyoroti pentingnya manajemen risiko dalam operasional industri pertambangan, termasuk mitigasi bencana dan rencana kontinjensi untuk menghadapi situasi tak terduga seperti kebakaran. Transparansi informasi dari pemerintah terkait proses perizinan juga sangat penting bagi keberlanjutan operasional perusahaan.
Kesimpulan
Pengurangan produksi konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia merupakan dampak dari kompleksitas permasalahan yang melibatkan kapasitas penyimpanan, izin ekspor, dan insiden kebakaran di smelter. Kejelasan regulasi dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan perusahaan pertambangan sangat krusial untuk memastikan kelancaran operasional dan investasi di sektor pertambangan Indonesia.