Gubernur Dedi Mulyadi Apresiasi Keberanian Aura Cinta, Tolak Penghapusan Wisuda?
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memuji keberanian Aura Cinta yang memperdebatkannya terkait kebijakan penghapusan wisuda, meskipun muncul dugaan bahwa kejadian tersebut merupakan settingan.

Bandung, 29 April 2024 (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, memberikan apresiasi kepada Aura Cinta, remaja yang berdebat dengannya mengenai kebijakan penghapusan wisuda di sekolah. Meskipun banyak yang menduga perdebatan tersebut merupakan settingan, Dedi menilai Aura Cinta sebagai sosok yang berani dan ikhlas menyampaikan pendapatnya.
Dalam sebuah pernyataan di Bandung, Selasa, Dedi Mulyadi mengatakan, "Saya mah tidak berprasangka baik dan tidak berprasangka buruk. Saya berprasangka baik, anak itu pintar dan berani sehingga mau menyampaikan di depan gubernur. Saya juga menganggap anak itu ikhlas."
Meskipun memuji keberanian Aura Cinta, Dedi Mulyadi menekankan pentingnya argumentasi yang berlandaskan hukum dalam setiap perdebatan. Ia menjelaskan bahwa kebijakan penghapusan wisuda bertujuan meringankan beban ekonomi orang tua, terutama bagi keluarga kurang mampu.
Kebijakan Penghapusan Wisuda dan Tanggapan Aura Cinta
Dedi Mulyadi menegaskan kembali larangan wisuda untuk tingkat TK, SD, SMP, dan SMA di Jawa Barat. Ia mendorong penyelenggaraan acara perpisahan yang lebih sederhana dan berbiaya rendah di lingkungan sekolah. "Sudah kenaikan kelas, kenaikan kelas, kelulusan, kelulusan. Perpisahan selenggarakan secara sederhana di sekolah," tegasnya.
Sebagai alternatif, Dedi Mulyadi menyarankan agar sekolah memanfaatkan bakat dan minat siswa, misalnya melalui pertunjukan teater atau musik, untuk merayakan kelulusan. Hal ini dinilai lebih hemat dan bermanfaat bagi siswa.
Aura Cinta, yang videonya berdebat dengan Dedi Mulyadi viral di YouTube, menyampaikan pendapatnya terkait kebijakan tersebut. Ia menyatakan bahwa wisuda merupakan momen penting bagi siswa dan tidak semua orang setuju dengan penghapusannya. "Mohon maaf ya Pak, saya bukannya menolak kebijakan Bapak, maksudnya apapun itu saya mendukung. Cuma jangan dihapus Pak, enggak semua orang itu bisa terima," ujar Aura Cinta.
Menanggapi hal tersebut, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa bagi keluarga kurang mampu, biaya wisuda dapat dialokasikan untuk keperluan yang lebih penting dan mendesak. Ia menambahkan bahwa banyak orang tua yang justru menyambut baik kebijakan penghapusan wisuda.
Perbedaan Perspektif dan Dampak Ekonomi
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk meringankan beban ekonomi keluarga, terutama mereka yang kurang mampu. Ia mencontohkan, biaya wisuda yang mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah dapat digunakan untuk keperluan yang lebih bermanfaat bagi keluarga tersebut.
Sementara itu, Aura Cinta mewakili perspektif siswa yang menganggap wisuda sebagai momen penting dan berkesan dalam perjalanan pendidikan mereka. Perbedaan perspektif ini menunjukkan kompleksitas permasalahan yang terkait dengan kebijakan penghapusan wisuda.
Dedi Mulyadi juga menyoroti praktik pembiayaan wisuda yang memberatkan orang tua, seperti meminjam uang dari rentenir. Ia berharap kebijakan ini dapat mencegah praktik tersebut dan mendorong penyelenggaraan perpisahan sekolah yang lebih sederhana dan bermakna.
Kesimpulan
Perdebatan antara Gubernur Dedi Mulyadi dan Aura Cinta menyoroti pentingnya mempertimbangkan berbagai perspektif dalam membuat kebijakan publik. Meskipun kebijakan penghapusan wisuda bertujuan baik, perlu dipertimbangkan pula dampaknya terhadap siswa dan keluarga yang menganggap wisuda sebagai momen penting. Diskusi ini membuka ruang untuk mencari solusi yang lebih inklusif dan memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat.