Harga Sawit di Mukomuko Turun Jelang Lebaran: Tiga Faktor Utama Penyebabnya
Penurunan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko menjelang Lebaran disebabkan oleh penurunan harga CPO dunia, rendahnya produktivitas, dan kualitas buah sawit yang kurang baik.

Jelang Lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengalami penurunan. Dinas Pertanian setempat telah mengidentifikasi tiga faktor utama penyebabnya, berdasarkan keterangan dari sejumlah pabrik kelapa sawit di wilayah tersebut. Penurunan harga ini menimbulkan pertanyaan dari banyak petani sawit di Mukomuko yang berharap mendapatkan penghasilan lebih baik menjelang hari raya.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Iwan Cahaya, menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama penurunan harga TBS adalah penurunan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar dunia. Hal ini, menurutnya, merupakan faktor yang dapat dimaklumi. Namun, ia juga mempertanyakan penyebab lain penurunan harga tersebut, terutama menjelang Lebaran, karena dikhawatirkan ada faktor lain yang sengaja dimanfaatkan.
Selain faktor eksternal tersebut, Iwan Cahaya juga menunjuk pada faktor internal yang turut mempengaruhi penurunan harga. Ia menyebutkan bahwa penurunan produktivitas buah sawit per hektar juga menjadi penyebabnya. Ditambah lagi, kualitas buah sawit yang dipanen juga menjadi sorotan. Banyak buah sawit yang belum waktunya panen dipaksakan panen, sehingga kualitasnya kurang baik dan warna daging TBS masih kuning nangka.
Analisis Penyebab Penurunan Harga TBS Sawit
Berdasarkan keterangan dari pabrik kelapa sawit, rendahnya rendemen buah sawit petani juga menjadi faktor yang mempengaruhi harga. Rendemen yang diperoleh pabrik hanya mencapai 17,02 persen. Rendahnya rendemen ini menunjukkan adanya inefisiensi dalam proses budidaya sawit, mulai dari pemilihan bibit, pemupukan, hingga pemeliharaan kebun.
Iwan Cahaya menekankan pentingnya peningkatan produktivitas TBS kelapa sawit. Ia mendorong para petani untuk memaksimalkan penggunaan pupuk, baik kimia maupun organik, guna meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan rendemen dan harga jual TBS sawit.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penurunan harga TBS sawit di Mukomuko bervariasi di setiap pabrik. Penurunan harga rata-rata mencapai Rp30 per kg. Sebagai contoh, harga sawit di PT Sapta Sentosa Jaya Abadi tercatat Rp2.810 per kg, sementara di PT Daria Dharma Pratama mencapai Rp2.880 per kg. Selisih harga ini menunjukkan adanya perbedaan dalam standar kualitas dan proses pengolahan di setiap pabrik.
Solusi untuk Petani Sawit Mukomuko
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko perlu melakukan beberapa langkah strategis. Pertama, melakukan pendampingan intensif kepada petani sawit untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kebun mereka. Hal ini meliputi pelatihan tentang teknik budidaya yang baik, pemilihan bibit unggul, dan penggunaan pupuk yang tepat.
Kedua, perlu dilakukan pengawasan terhadap kualitas buah sawit yang masuk ke pabrik. Hal ini untuk memastikan bahwa petani mendapatkan harga yang sesuai dengan kualitas buah sawit yang dihasilkan. Ketiga, perlu dilakukan negosiasi dengan pabrik kelapa sawit untuk mendapatkan harga TBS yang lebih baik bagi petani.
Pemerintah daerah juga perlu memfasilitasi akses petani terhadap informasi pasar dan teknologi pertanian modern. Dengan demikian, petani dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola kebun sawit mereka dan meningkatkan pendapatan mereka.
Secara keseluruhan, penurunan harga TBS sawit di Mukomuko merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi terpadu. Kerjasama antara pemerintah, petani, dan pabrik kelapa sawit sangat penting untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Mukomuko.
Dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas buah sawit, diharapkan harga TBS sawit dapat kembali stabil dan memberikan keuntungan yang lebih baik bagi para petani, khususnya menjelang dan setelah Lebaran.