Hiu Berjalan: Satwa Prioritas di Taman Nasional Teluk Cendrawasih
Balai Besar TNTC menetapkan hiu berjalan (Emiscyllium galei) dan burung junai mas sebagai satwa prioritas pengelolaan, guna melindungi spesies yang terancam punah di perairan Papua Barat.

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) di Papua Barat resmi menetapkan hiu berjalan, spesies Emiscyllium galei, sebagai satwa prioritas pengelolaan. Penetapan ini diumumkan melalui Surat Keputusan Nomor 46/TU/TEK/1/2024, berdasarkan hasil kajian tim teknis TNTC sejak tahun 2023. Keputusan ini juga menetapkan burung junai mas (Caloenas nicobarica) sebagai satwa prioritas lainnya. Kepala Balai Besar TNTC, Supartono, menjelaskan penetapan ini penting untuk melindungi spesies yang terancam punah di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.
Hiu berjalan, yang juga dikenal sebagai Teluk Cenderawasih Epaulette Shark atau Gurano makumberepi dalam bahasa lokal, memiliki karakteristik unik. Hewan ini bergerak di dasar perairan dangkal dengan menggunakan sirip dada dan pelvisnya, seakan-akan berjalan. Habitatnya meliputi terumbu karang, pulau-pulau kecil, dan perairan pantai tropis di wilayah yang terhubung ke daratan. Teluk Cendrawasih merupakan salah satu lokasi persebaran hiu berjalan di dunia, dan spesies ini berstatus konservasi 'terancam' (vulnerable) dengan perlindungan penuh berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2023.
Populasi hiu berjalan di Teluk Cendrawasih diperkirakan mencapai 54.000 individu, dengan kepadatan rata-rata 36 individu per kilometer persegi berdasarkan hasil survei. Ukuran hiu berjalan maksimal hanya 87 sentimeter. Keberadaan hiu berjalan erat kaitannya dengan kelestarian terumbu karang di sepanjang pesisir pulau Papua dan pulau-pulau di Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Oleh karena itu, perlindungan hiu berjalan menjadi sangat krusial bagi keberlangsungan ekosistem laut di kawasan tersebut.
Karakteristik dan Persebaran Hiu Berjalan
Terdapat sekitar sembilan jenis hiu berjalan di dunia, enam di antaranya ditemukan di perairan Papua, Halmahera, dan Kepulauan Aru. Empat jenis hiu berjalan bahkan berstatus endemik, yaitu Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium Halmahera), Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium Freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cenderawasih (Hemiscyllium Galei), dan Hiu Berjalan Teluk Triton (Hemiscyllium Henryi). Keunikan cara bergerak hiu berjalan, yaitu dengan 'berjalan' di dasar laut menggunakan siripnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan pecinta alam.
Penetapan hiu berjalan sebagai satwa prioritas pengelolaan diharapkan dapat meningkatkan upaya konservasi dan perlindungan spesies ini. Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam menjaga keanekaragaman hayati laut dan melestarikan ekosistem terumbu karang. Dengan perlindungan yang lebih ketat, diharapkan populasi hiu berjalan dapat tetap terjaga dan terhindar dari ancaman kepunahan.
Selain hiu berjalan dan burung junai mas, beberapa satwa lain juga ditetapkan sebagai satwa prioritas di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, antara lain hiu paus, penyu, kima, lumba-lumba, dan duyung. Hal ini menunjukkan komitmen TNTC dalam menjaga kelestarian seluruh ekosistem laut di wilayahnya.
Upaya Konservasi di Taman Nasional Teluk Cendrawasih
Penetapan satwa prioritas ini menandai langkah penting dalam upaya konservasi di Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Dengan fokus pada perlindungan hiu berjalan dan spesies lainnya, diharapkan dapat tercipta keseimbangan ekosistem laut dan keberlanjutan sumber daya alam hayati. Upaya ini membutuhkan kerjasama berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi konservasi, untuk memastikan keberhasilan program konservasi.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih memiliki kekayaan biodiversitas laut yang luar biasa. Dengan melindungi satwa prioritas seperti hiu berjalan, TNTC berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati global dan menjaga kelangsungan hidup spesies yang terancam punah. Semoga langkah ini dapat menginspirasi upaya konservasi serupa di wilayah lain di Indonesia.
Ke depannya, pemantauan dan penelitian lebih lanjut mengenai populasi dan habitat hiu berjalan akan terus dilakukan untuk memastikan efektivitas program konservasi. Partisipasi aktif masyarakat lokal juga sangat penting dalam menjaga kelestarian hiu berjalan dan satwa lainnya di Taman Nasional Teluk Cendrawasih.
Dengan adanya penetapan ini, diharapkan akan ada peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian hiu berjalan dan ekosistem laut di Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Melalui upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa spesies unik ini tetap lestari untuk generasi mendatang.