HMI: 78 Tahun Mencetak Pemimpin, Dari Kampus Menuju Desa
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merayakan Dies Natalis ke-78, menandai perjalanan panjang mencetak kader pemimpin andal yang berkontribusi di berbagai sektor, kini fokus pada pengembangan kepemimpinan di desa.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memperingati Dies Natalis ke-78 pada 5 Februari 2025 (kalender Masehi) atau ke-80 tahun berdasarkan kalender Hijriah. Organisasi kemahasiswaan ini telah melahirkan banyak alumni yang sukses di berbagai bidang, dari eksekutif hingga tingkat desa.
Sesuai AD/ART, HMI memiliki tujuan mulia: membentuk insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam, serta bertanggung jawab membangun masyarakat adil makmur. Hal ini diwujudkan melalui pengembangan lima kualitas insan cita: akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab.
HMI membentuk kader pemimpin melalui beragam pelatihan dan dinamika organisasi di berbagai tingkatan, dari komisariat hingga pengurus besar (PB). Pengalaman memimpin tim, baik kecil maupun besar, merupakan keterampilan penting yang jarang diajarkan secara formal di perguruan tinggi.
Jaringan luas HMI menghubungkan kader di berbagai kampus, lintas program studi dan generasi. Persaudaraan yang erat, dengan panggilan khas seperti abang, kakak, dan adinda, memperkuat ikatan ini. Alumni HMI banyak menduduki posisi strategis di berbagai sektor, baik publik maupun swasta.
Seringkali, alumni HMI menjadi bagian dari kelompok minoritas kreatif yang mendorong perubahan signifikan dalam organisasi. Mengacu pada prinsip Pareto (80/20), mereka berkontribusi besar dalam mencapai tujuan. Namun, perjalanan HMI juga diwarnai catatan kurang baik, mengingatkan pentingnya introspeksi dan teguh pada nilai-nilai perjuangan.
Pola Kepemimpinan HMI: Evolusi dan Adaptasi
Dahulu, pola kepemimpinan alumni HMI seringkali mengikuti jenjang struktural organisasi. Pengurus cabang menjadi tokoh di kabupaten/kota, Badko di tingkat provinsi, dan PB di tingkat nasional. Namun, pasca reformasi 1998, pola ini menjadi lebih dinamis dan cair. Kini, alumni HMI dapat berkiprah di berbagai level, tanpa dibatasi oleh pengalaman struktural di HMI.
Tantangan era modern menuntut kader HMI yang tidak hanya berpengalaman berorganisasi tetapi juga memiliki kompetensi sesuai kebutuhan zaman. Salah satu fokus pengembangan saat ini adalah kepemimpinan di tingkat desa. Ramalan Alvin Toffler tentang pentingnya daerah terpencil di masa depan, kini menjadi kenyataan.
Desa membutuhkan pemimpin inovatif yang mampu beradaptasi dengan teknologi digital. Kepala desa, lurah, dan pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memerlukan kemampuan kolaborasi, pengambilan keputusan cepat, dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan dana desa dan program swasembada pangan semakin menegaskan pentingnya peran desa.
HMI memiliki peluang besar berkontribusi di desa. Pelatihan yang fokus pada kompetensi kepemimpinan berbasis kearifan lokal, kepemimpinan modern, dan pemanfaatan teknologi digital akan sangat membantu. Dengan memanfaatkan peluang ini, cita-cita masyarakat adil makmur dapat dimulai dari desa. Selamat ulang tahun HMI! Yakin Usaha Sampai!
*) Penulis adalah Mantan Sekretaris Umum HMI Cabang Palembang dan Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).