IHSG Anjlok 3,84 Persen, Pemerintah Diminta Cermat Terapkan Kebijakan Ekonomi
Anjloknya IHSG hingga 3,84 persen pada perdagangan Selasa (18/3) mendorong desakan kepada pemerintah untuk lebih cermat dalam merancang dan menerapkan kebijakan ekonomi.

Jakarta, 18 Maret 2024 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan sebesar 3,84 persen pada perdagangan Selasa (18/3), ditutup di level 6.223,39. Penurunan tajam ini memicu kekhawatiran dan desakan kepada pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan ekonomi. Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sempat memberlakukan trading halt setelah IHSG jatuh lebih dari 5 persen di sesi pagi. Anjloknya IHSG ini disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik yang menekan kepercayaan investor.
Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, menyatakan perlunya kehati-hatian pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi. "Kami menilai bahwa Pemerintah harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan di bidang ekonomi, termasuk dalam merubah tim ekonomi yang selama ini mendapat kepercayaan pasar yang sangat tinggi," ujar Rully kepada ANTARA. Pernyataan ini menekankan pentingnya stabilitas kebijakan ekonomi di tengah gejolak pasar.
Penurunan IHSG ini bukan hanya disebabkan oleh faktor eksternal seperti kebijakan tarif dagang AS dan keputusan The Fed, tetapi juga faktor domestik yang semakin mengkhawatirkan. Arus keluar modal asing (foreign outflow) yang besar turut memperparah situasi. Bahkan saham-saham unggulan seperti BBRI dan BBCA ikut terdampak aksi jual besar-besaran. Sentimen pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia tahun ini pun tergolong sangat rendah.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anjloknya IHSG
Beberapa kebijakan pemerintah dinilai turut memperburuk sentimen pasar. Rully menunjuk pemangkasan anggaran, pembentukan Danantara, dan pembentukan Koperasi Merah Putih yang melibatkan bank-bank BUMN sebagai contoh kebijakan yang menimbulkan kecemasan di kalangan investor. Isu pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menambah kekhawatiran, mengingat perannya yang krusial dalam menjaga stabilitas fiskal.
Meskipun kebijakan tarif dagang AS memberikan tekanan, Rully menekankan bahwa pelemahan IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor domestik. Hal ini terlihat dari penguatan beberapa bursa regional lainnya. Kondisi ini menunjukkan perlunya pemerintah untuk fokus pada perbaikan kondisi ekonomi domestik untuk meningkatkan kembali kepercayaan investor.
Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, menambahkan bahwa pelaku pasar masih bersikap wait and see menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed. Keputusan-keputusan tersebut diyakini akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham Indonesia.
Langkah OJK Menjaga Stabilitas IHSG
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, Inarno Djajadi, menyatakan tengah menyiapkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas IHSG. Inarno menyebutkan bahwa beberapa kebijakan telah ditetapkan bersama BEI pada 3 Maret 2025, termasuk penundaan implementasi short selling dan kajian terkait buyback saham tanpa RUPS.
Kebijakan-kebijakan tersebut diambil sebagai respons terhadap tekanan yang terus terjadi pada IHSG. OJK juga telah melakukan dialog dengan pelaku pasar modal untuk mendapatkan masukan. Dalam pengambilan kebijakan, OJK akan fokus pada tiga hal utama: stabilitas pasar, peningkatan likuiditas, dan perlindungan investor. Rincian kebijakan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam konferensi pers pada Rabu (19/3).
Langkah-langkah yang diambil oleh OJK menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas pasar modal Indonesia. Namun, perbaikan fundamental ekonomi dan kebijakan pemerintah yang lebih cermat tetap menjadi kunci utama untuk meningkatkan kembali kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan IHSG.
Kesimpulannya, anjloknya IHSG merupakan sinyal peringatan bagi pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan ekonomi. Perbaikan fundamental ekonomi, stabilitas politik, dan kepercayaan investor menjadi faktor krusial untuk memulihkan kondisi pasar saham Indonesia.