IIBF 2025: Ikapi Dorong Buku Jadi Inti Industri Kreatif Berbasis Konten
Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) menjadikan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025 sebagai platform untuk mendorong buku sebagai sumber utama industri kreatif berbasis konten, terinspirasi oleh kesuksesan negara-negara maju seperti Korea Selatan.

Jakarta, 23 April 2024 (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha, menyatakan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025 yang akan diselenggarakan pada 24-28 September mendatang, akan difokuskan untuk menjadikan buku sebagai sumber utama industri kreatif berbasis konten. Hal ini disampaikan saat beliau mengunjungi Antara Heritage Center, Jakarta Pusat, Rabu lalu. Inisiatif ini bertujuan untuk mengangkat peran buku dalam memajukan industri kreatif Indonesia, mengingat minimnya budaya membaca di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga.
Arys Hilman Nugraha menjelaskan, "Di IIBF 2025, kami ingin buku menjadi sumber industri kreatif yang berbasis konten, karena di semua negara dengan industri kreatif yang maju, buku itu menjadi inti dari konten-konten dari industri kreatif. Begitu banyak film yang bermutu itu lahir dari adaptasi buku." Beliau mencontohkan Korea Selatan yang sukses di kancah internasional berkat ekosistem perbukuan yang kuat dan didukung pemerintah. Menurutnya, kemajuan industri kreatif Korea Selatan dimulai dari budaya membaca yang kuat dan didukung oleh program penerjemahan buku asing sejak tahun 1995.
Ia menambahkan bahwa meskipun minat baca di Indonesia cukup tinggi, namun kebiasaan membaca masih perlu ditingkatkan. "Minat baca ada, tetapi yang tidak tumbuh itu pembiasaan membaca. Di Indonesia buku sudah bebas PPN, tetapi karena persoalan akses, reading habit-nya masih kurang, padahal, membaca itu terbukti membuat kita lebih pintar dan bisa menangkal hoaks karena otak lebih aktif mengakses informasi," ujarnya. Ikapi berharap pemerintah dapat berperan aktif dalam membangun budaya membaca di Indonesia, mengingat Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia dalam hal literasi.
Membangun Ekosistem Perbukuan yang Kuat
Arys Hilman Nugraha menekankan pentingnya membangun ekosistem perbukuan yang kuat. Ia mencontohkan Vietnam yang memiliki book street, sebuah area khusus yang dibiayai pemerintah untuk penerbit. Di Malaysia, pameran buku mampu menarik 1,8 juta pengunjung, jauh lebih tinggi dibandingkan target IIBF Indonesia yang hanya 250 ribu pengunjung. Oleh karena itu, IIBF 2025 akan menjadi pendorong utama untuk meningkatkan angka tersebut.
Salah satu program unggulan IIBF 2025 adalah story market, yang bertujuan untuk menghubungkan penerbit, studio, platform konten web, dan pemegang hak kekayaan intelektual dengan buyer dari production house (PH), produser, penyedia layanan streaming, dan lainnya. Program ini diharapkan dapat mendorong adaptasi buku ke berbagai bentuk media, seperti film dan serial televisi.
"Di Indonesia Internasional Book Fair juga ada semacam book to screen, yang kemudian kita sebut sebagai story market, jadi bagaimana agar dari buku bisa menjadi industri kreatif yang lainnya. Kita mencoba untuk ke arah itu dengan selalu menghadirkan para kreator yang di luar buku, tetapi mereka akan mendapatkan inspirasi dari buku," jelas Arys Hilman Nugraha. Dengan demikian, IIBF 2025 tidak hanya menjadi ajang pameran buku, tetapi juga platform untuk mengembangkan industri kreatif berbasis konten.
IIBF 2025, yang merupakan penyelenggaraan ke-45, mengusung tema 'Exploring Content Enlightening Mind'. Sejak tahun 2014, IIBF telah bertransformasi menjadi pameran buku internasional, menjadi pusat kegiatan promosi, transaksi, diskusi, dan interaksi bagi berbagai kalangan, termasuk penerbit, penulis, pustakawan, aktivis literasi, seniman, budayawan, pendidik, dan industri kreatif lainnya.
Tantangan dan Harapan
Meskipun minat baca di Indonesia cukup tinggi, tantangan utama terletak pada rendahnya kebiasaan membaca. Aksesibilitas buku dan program pemerintah yang mendukung budaya membaca masih perlu ditingkatkan. IIBF 2025 diharapkan dapat menjadi titik balik untuk meningkatkan literasi dan mendorong pertumbuhan industri kreatif berbasis konten di Indonesia. Dengan adanya story market, diharapkan akan tercipta sinergi antara dunia perbukuan dan industri kreatif lainnya.
Keberhasilan IIBF 2025 dalam mencapai tujuannya sangat bergantung pada dukungan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan penuh, baik dalam hal pendanaan maupun kebijakan yang mendukung pengembangan industri perbukuan dan industri kreatif. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan IIBF 2025 dapat menjadi tonggak penting dalam memajukan industri kreatif Indonesia.
Harapannya, dengan adanya IIBF 2025, Indonesia dapat mencontoh kesuksesan negara-negara lain seperti Korea Selatan dalam memanfaatkan buku sebagai sumber utama industri kreatif. Dengan demikian, Indonesia dapat menciptakan karya-karya yang berkualitas dan mendunia, serta meningkatkan daya saing di kancah internasional.