IKNB Sumut Tumbuh Pesat: Piutang Tembus Rp23,36 Triliun!
Industri Keuangan Nonbank (IKNB) di Sumatera Utara (Sumut) menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan total piutang mencapai Rp23,36 triliun hingga Februari 2025, didorong oleh peningkatan pembiayaan dan inklusi keuangan.

Pertumbuhan industri keuangan nonbank (IKNB) di Sumatera Utara (Sumut) menunjukkan tren positif yang signifikan. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumut mencatat total piutang IKNB mencapai angka fantastis, yaitu Rp23,36 triliun hingga Februari 2025. Kenaikan ini mencerminkan geliat sektor pembiayaan di Sumut dan perluasan akses keuangan bagi masyarakat.
Kepala OJK Sumut, Khoirul Muttaqien, memaparkan bahwa pembiayaan mengalami pertumbuhan 4,23 persen year on year (yoy) hingga Februari 2025. "Pembiayaan terus mengalami pertumbuhan hingga Februari 4,23 persen 'year on year', dengan total piutang mencapai Rp23,36 triliun," ujar Khoirul dalam keterangannya di Medan, Rabu.
Pertumbuhan ini tidak hanya didorong oleh satu sektor saja, melainkan berbagai sektor yang menunjukkan kinerja positif. Hal ini menunjukkan dinamika ekonomi Sumut yang cukup kuat dan menjanjikan.
Sektor Penopang Pertumbuhan IKNB Sumut
Pertumbuhan piutang IKNB Sumut didorong oleh beberapa sektor kunci. Sektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 20,62 persen dari total piutang. Sektor pertanian menyusul di posisi kedua dengan porsi 11,33 persen, meskipun mengalami sedikit kontraksi sebesar 1,52 persen.
Kenaikan signifikan juga terlihat pada pembiayaan modal kerja yang tumbuh sebesar 35,32 persen (yoy). Pembiayaan investasi juga ikut berkontribusi dengan pertumbuhan 6,09 persen (yoy). Hal ini menunjukkan optimisme pelaku usaha di Sumut terhadap prospek bisnis ke depan.
Meskipun terjadi pertumbuhan yang pesat, OJK Sumut memastikan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) tetap terjaga pada level aman, yaitu 2,64 persen. Ini menunjukkan pengelolaan risiko yang baik oleh industri IKNB di Sumut.
P2P Lending dan Modal Ventura: Mesin Pertumbuhan Baru
Pertumbuhan sektor fintech juga memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan IKNB Sumut. Pinjaman daring atau fintech peer to peer (P2P) lending mencatat peningkatan signifikan sebesar 52,43 persen (yoy), mencapai Rp2,73 triliun. Ini menunjukkan peningkatan inklusi keuangan, terutama bagi UMKM yang sebelumnya mungkin kesulitan mengakses pembiayaan konvensional.
"Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan inklusi keuangan yang semakin luas, dengan teknologi P2P lending memungkinkan akses pembiayaan bagi segmen masyarakat yang sebelumnya kurang terlayani oleh lembaga keuangan konvensional, termasuk pelaku UMKM," jelas Khoirul.
Sektor modal ventura juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan dengan pertumbuhan 20,73 persen (yoy), mencapai lebih dari Rp483 miliar. Angka ini meningkat dari Rp400 miliar pada tahun sebelumnya.
Lembaga Keuangan Mikro dan Sektor Gadai: Kontribusi Signifikan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), termasuk satu LKM dan satu Bank Wakaf Mikro (BWM), mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 14,51 persen (yoy) pada Februari 2025. Penyaluran pembiayaan mencapai Rp7,15 miliar, tumbuh 20,51 persen (yoy). LKM fokus pada pengembangan komunitas berpendapatan rendah yang produktif.
Sektor gadai juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Total pinjaman dari satu pegadaian persero (PT Pegadaian) dan 25 perusahaan gadai swasta mencapai Rp5,59 triliun hingga Januari 2025, tumbuh 29,86 persen (yoy) hingga April 2025. Tercatat adanya penambahan dua perusahaan gadai swasta baru di Sumut.
"Pertumbuhan ini mencerminkan perkembangan positif dalam ekspansi bisnis gadai serta peningkatan akses pembiayaan bagi masyarakat, khususnya kelompok berpendapatan menengah ke bawah," tambah Khoirul. Kehadiran perusahaan gadai swasta baru diharapkan dapat meningkatkan kompetisi dan memperkuat inklusi keuangan di Sumut.
Secara keseluruhan, kinerja IKNB Sumut menunjukkan tren positif dan menjanjikan. Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan peningkatan akses pembiayaan bagi masyarakat dan kontribusi positif terhadap perekonomian Sumut. Namun, pengawasan dan pengelolaan risiko tetap menjadi hal penting untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ini.