Kredit Perbankan Sumut Tembus 17,67 Persen, Tertinggi dalam Lima Tahun!
Pertumbuhan kredit perbankan di Sumatera Utara mencapai 17,67 persen yoy, didorong sektor produktif dan peningkatan kredit modal kerja, melampaui pertumbuhan nasional.

Pertumbuhan kredit perbankan di Sumatera Utara (Sumut) mencatatkan rekor impresif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumut melaporkan peningkatan sebesar 17,67 persen year on year (yoy) pada periode empat bulan terakhir. Capaian ini jauh melampaui pertumbuhan kredit nasional yang hanya mencapai 10,27 persen yoy, sekaligus menjadi pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Kepala Kantor OJK Provinsi Sumut, Khoirul Muttaqien, mengumumkan kabar baik ini di Medan, Rabu lalu. Beliau menyatakan bahwa pertumbuhan ini selaras dengan peningkatan ekonomi daerah yang menunjukkan stabilitas dan kemajuan ekonomi Sumut. Pertumbuhan yang signifikan ini terutama ditopang oleh sektor produktif, menandai pergeseran positif dari ketergantungan sebelumnya pada kredit konsumtif.
Lebih lanjut, Khoirul menekankan pergeseran struktur kredit yang kini lebih sehat dan berkelanjutan. Dominasi sektor produktif sebagai penggerak utama ekspansi kredit menunjukkan peningkatan kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi Sumut. Hal ini menjadi indikator positif bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang di wilayah tersebut.
Sektor Produktif sebagai Penggerak Utama
Data yang dirilis OJK Sumut menunjukkan penyaluran kredit produktif mencapai angka fantastis, yaitu Rp213,27 triliun atau 70,78 persen dari total kredit. Pertumbuhannya pun sangat signifikan, mencapai 15,52 persen year on year. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja yang berkontribusi sebesar 47,23 persen dengan pertumbuhan 24,21 persen (yoy).
Sementara itu, kredit investasi, yang berkontribusi 23,55 persen, juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 11,12 persen (yoy). Kombinasi pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi ini menjadi kunci utama pertumbuhan kredit produktif di Sumut.
Dilihat dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar dengan pangsa 25,57 persen dan pertumbuhan yang sangat substansial, yaitu 34,44 persen yoy. Khoirul Muttaqien menjelaskan bahwa subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan impresif 75,06 persen yoy, didorong oleh kenaikan harga CPO dan perbaikan komoditas.
UMKM: Motor Penggerak Ekonomi Inklusif
OJK Sumut juga gencar memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mendorong ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Hingga Januari 2025, total kredit yang disalurkan untuk UMKM mencapai Rp80,50 triliun, tumbuh 2,82 persen.
Sebagian besar kredit UMKM disalurkan ke segmen Usaha Mikro Kecil (UMK), yang menyumbang 79,92 persen dari total kredit UMKM dengan pertumbuhan 6,27 persen yoy. Segmen usaha menengah berkontribusi 20,08 persen, didominasi oleh sektor perdagangan, perkebunan kelapa sawit, dan pertanian padi.
Pertumbuhan kredit UMKM ini menunjukkan komitmen OJK Sumut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan, dengan fokus pada pemberdayaan sektor riil. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional melalui sektor UMKM.
Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit perbankan di Sumut yang signifikan menunjukkan optimisme terhadap perekonomian daerah. Pertumbuhan ini didorong oleh sektor produktif, khususnya industri pengolahan dan UMKM, yang menjadi indikator positif bagi perkembangan ekonomi Sumut di masa mendatang. Pergeseran ke arah kredit produktif juga menunjukkan struktur ekonomi yang semakin sehat dan berkelanjutan.