Pertumbuhan Industri Pembiayaan di Sulutgomalut Tembus 13,99 Persen!
Industri pembiayaan di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara (Sulutgomalut) menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 13,99 persen pada Desember 2024, ditandai dengan peningkatan total pembiayaan yang disalurkan.

Pertumbuhan industri pembiayaan di wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara (Sulutgomalut) mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun 2024. Data yang dirilis menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 13,99 persen dalam penyaluran pinjaman. Hal ini menunjukkan geliat ekonomi yang cukup baik di tiga provinsi tersebut. Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulutgomalut, Robert Sianipar, memaparkan perkembangan ini dalam konferensi pers di Manado pada Kamis lalu.
Menurut Robert Sianipar, "Total Pembiayaan yang Disalurkan (PYD) pada tahun 2024 di tiga provinsi meningkat sebesar 13,39 persen secara yoy menjadi Rp13,03 triliun di Desember 2024." Angka ini mencerminkan kepercayaan yang semakin tinggi terhadap sektor pembiayaan di Sulutgomalut. Pertumbuhan ini juga mengindikasikan potensi ekonomi yang masih besar dan perlu terus dioptimalkan.
Lebih lanjut, Sianipar menjelaskan bahwa pencapaian ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk iklim investasi yang kondusif dan peningkatan daya beli masyarakat. Pertumbuhan ini diharapkan dapat berdampak positif pada perekonomian regional dan menciptakan lapangan kerja baru.
Rincian Penyaluran Pembiayaan di Sulutgomalut
Data yang dipaparkan OJK Sulutgomalut menunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan pada tahun 2024 didominasi oleh beberapa sektor. Sektor multiguna menjadi yang terbesar dengan total penyaluran mencapai Rp6,94 triliun. Kemudian disusul oleh sektor investasi dengan Rp3,72 triliun, dan sektor modal kerja dengan Rp1,64 triliun. Rincian lebih lanjut menunjukkan bahwa Sulawesi Utara menerima pembiayaan terbesar dengan total Rp7,88 triliun, diikuti Gorontalo dengan Rp2,48 triliun, dan Maluku Utara dengan Rp2,68 triliun.
Distribusi pembiayaan yang merata di tiga provinsi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sulutgomalut cukup inklusif. Hal ini penting untuk mendorong pemerataan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar wilayah.
Meskipun demikian, OJK tetap menekankan pentingnya manajemen risiko dalam industri pembiayaan. Penting untuk memastikan bahwa penyaluran pembiayaan dilakukan secara bijak dan terukur untuk mencegah potensi kerugian di masa mendatang.
Kualitas Pembiayaan dan Risiko Ke Depan
Salah satu indikator penting dalam menilai kesehatan industri pembiayaan adalah rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF). Pada bulan Desember 2024, NPF perusahaan pembiayaan di Sulutgomalut tercatat sebesar 2,38 persen. Angka ini berada di bawah NPF nasional yang mencapai 2,70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan di Sulutgomalut masih terjaga dengan baik.
Namun, Robert Sianipar mengingatkan pentingnya kewaspadaan. "Industri pembiayaan tetap harus berhati-hati dalam pemberian kredit, karena tetap menjaga kualitas agar NPF tidak mengalami peningkatan," tegasnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya analisis risiko yang cermat dan strategi mitigasi risiko yang efektif untuk menjaga keberlanjutan industri pembiayaan di Sulutgomalut.
OJK akan terus memantau perkembangan industri pembiayaan di Sulutgomalut dan memberikan dukungan penuh untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan sehat. Langkah-langkah pengawasan dan edukasi akan terus ditingkatkan untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Secara keseluruhan, pertumbuhan industri pembiayaan di Sulutgomalut pada tahun 2024 menunjukkan tren positif yang menjanjikan. Namun, kewaspadaan dan manajemen risiko yang baik tetap menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.