Indonesia Butuh Langkah Komprehensif Atasi Stunting: Studi AASH Ungkap Tantangan
Studi Action Against Stunting Hub (AASH) mengungkapkan tantangan serius Indonesia dalam mengatasi stunting, menekankan perlunya pendekatan holistik dan terintegrasi hingga anak usia 6 tahun untuk mencapai target 18 persen pada 2025.

Jakarta, 14 Februari 2024 - Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan perlunya upaya komprehensif untuk mengatasi stunting, salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Keluarga Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menyatakan komitmen penuh pemerintah dalam menangani masalah ini.
Pernyataan tersebut disampaikan saat pemaparan temuan awal studi Action Against Stunting Hub (AASH) di Jakarta. Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait stunting, dan pada tahun 2024, Indonesia belum mampu mencapai target penurunan stunting.
Tantangan dan Solusi Stunting di Indonesia
Untuk mencapai target penurunan stunting hingga 18 persen pada tahun 2025, diperlukan pendekatan holistik dan terintegrasi yang berfokus pada anak usia 0–6 tahun. Artinya, penanganan tidak hanya fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi berkelanjutan hingga anak berusia enam tahun. Hal ini merupakan temuan penting dari studi AASH yang perlu mendapat perhatian serius.
Direktur SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON), Herqutanto, menyatakan bahwa temuan awal studi AASH sangat penting dan diharapkan berdampak positif terhadap penanganan stunting di Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Universitas Indonesia (UI), juga sangat krusial.
Dukungan Universitas Indonesia dan Studi AASH
Wakil Rektor UI bidang Riset dan Inovasi, Hamdi Muluk, menegaskan dukungan penuh UI terhadap upaya SEAMEO RECFON dalam menangani stunting. Studi AASH sendiri merupakan studi interdisipliner yang bertujuan menyusun tipologi stunting melalui pendekatan whole-child.
Studi yang dilakukan dari tahun 2019 hingga 2024 ini melibatkan tiga negara: India, Indonesia, dan Senegal. Di Indonesia, studi difokuskan di Lombok Timur dan dikoordinasikan oleh SEAMEO RECFON – Regional Nutrition Center of UI. Penelitian ini diharapkan memberikan bukti ilmiah dan informasi relevan bagi para pembuat kebijakan untuk mendorong percepatan penurunan stunting dan mendukung penerbitan kebijakan yang konkret dan efektif.
Kesimpulan: Perlunya Aksi Nyata dan Terintegrasi
Temuan studi AASH menggarisbawahi urgensi penanganan stunting di Indonesia. Tidak hanya fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, tetapi juga perlu perhatian berkelanjutan hingga anak berusia 6 tahun. Pendekatan holistik dan terintegrasi, serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat, sangat penting untuk mencapai target penurunan stunting dan mewujudkan generasi Indonesia yang sehat dan berkualitas. Studi ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi kebijakan yang lebih efektif dan terarah dalam mengatasi masalah stunting.
Umi Famida, country lead studi AASH di Indonesia, menambahkan bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah dan informasi yang relevan bagi para pembuat kebijakan untuk mendorong percepatan penurunan stunting dan mendukung penerbitan kebijakan yang konkret dan efektif guna mengatasi stunting. Kerja sama dan komitmen semua pihak sangat dibutuhkan untuk mencapai target penurunan stunting yang telah ditetapkan.