Indonesia Imbau India dan Pakistan Jaga Ketertiban, Prioritaskan Dialog
Kementerian Luar Negeri Indonesia mendesak India dan Pakistan untuk menahan diri dan mengutamakan dialog dalam menyelesaikan krisis terbaru yang melibatkan serangan rudal.

Jakarta, 7 Mei 2024 - Kementerian Luar Negeri Indonesia menyerukan agar India dan Pakistan menahan diri dan memprioritaskan dialog untuk menyelesaikan krisis yang tengah memanas. Pernyataan ini dikeluarkan menyusul bentrokan terbaru antara kedua negara tetangga tersebut, yang melibatkan serangan rudal India ke beberapa kota di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Dalam sebuah pernyataan di platform X pada hari Rabu, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan sedang memantau perkembangan situasi dengan saksama. Warga negara Indonesia yang berada di India dan Pakistan juga diimbau untuk tetap waspada dan menghindari perjalanan ke daerah yang terdampak konflik serta lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi sasaran serangan.
Ketegangan meningkat setelah insiden pada Selasa malam (6 Mei), di mana India menyatakan telah meluncurkan rudal ke beberapa kota di Pakistan dan bagian Kashmir yang berada di bawah kekuasaan Pakistan. Pihak Kedutaan Besar India di Jakarta kemudian mengeluarkan siaran pers pada hari Rabu, mengklaim bahwa serangan tersebut hanya menargetkan kamp-kamp teroris yang diketahui.
Serangan Rudal India dan Tanggapan Pakistan
Menurut pernyataan Kedutaan Besar India, serangan tersebut terfokus dan terarah, terukur dan bertanggung jawab, serta dirancang agar tidak meningkatkan eskalasi konflik. Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa India memiliki bukti yang kredibel, data teknis, kesaksian korban selamat, dan bukti lain yang menunjukkan keterlibatan teroris berbasis Pakistan dalam serangan sebelumnya di India. Bukti tersebut, menurut India, menjadi dasar tindakan militer mereka.
Sementara itu, Juru Bicara Militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, menyatakan bahwa sedikitnya delapan orang tewas, 35 luka-luka, dan dua orang hilang akibat serangan rudal India. Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, menyebut tindakan India sebagai "serangan pengecut" dan "tindakan perang", serta berjanji akan memberikan "balasan yang setimpal" atas serangan rudal tersebut.
Eskalasi antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir ini terjadi setelah serangan pada 22 April di Jammu dan Kashmir yang dikuasai India, yang menewaskan 26 orang. Insiden ini semakin memperkeruh hubungan antara India dan Pakistan yang memang sudah lama tegang.
Seruan Indonesia untuk Dialog dan Penghindaran Eskalasi
Indonesia, sebagai negara yang menganut prinsip perdamaian dan penyelesaian konflik secara damai, mendesak kedua negara untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Prioritas utama saat ini adalah de-eskalasi dan pembukaan ruang dialog untuk mencari solusi yang konstruktif. Indonesia percaya bahwa jalur diplomasi dan negosiasi merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk menyelesaikan perselisihan antara India dan Pakistan.
Kementerian Luar Negeri Indonesia juga menekankan pentingnya menghormati kedaulatan dan integritas wilayah kedua negara. Semua pihak harus menghindari tindakan yang dapat mengancam stabilitas regional dan memicu konflik yang lebih besar. Indonesia berharap agar India dan Pakistan dapat menemukan jalan tengah dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui jalur damai, demi kepentingan kedua negara dan perdamaian dunia.
Situasi ini menjadi perhatian internasional mengingat potensi dampaknya yang luas, terutama mengingat status kedua negara sebagai negara pemilik senjata nuklir. Dunia internasional berharap agar kedua negara dapat menahan diri dan mengutamakan dialog untuk mencegah terjadinya eskalasi yang lebih besar dan berpotensi menimbulkan bencana kemanusiaan.
Himbauan kepada WNI
Bagi warga negara Indonesia yang berada di India dan Pakistan, Kementerian Luar Negeri RI kembali mengimbau untuk selalu waspada, mengikuti perkembangan situasi, dan mematuhi instruksi dari otoritas setempat. Hindari daerah konflik dan ikuti arahan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di kedua negara tersebut.