Indonesia Menuju Negara Maju: Tantangan Produktivitas dan Ekosistem Bisnis
Laporan McKinsey mengungkap kunci Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi di 2045: peningkatan produktivitas radikal dan ekosistem yang mendukung pertumbuhan perusahaan besar.

Jakarta, 1 Mei 2024 (ANTARA) - Visi Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi di tahun 2045 bukan sekadar proyeksi ekonomi, melainkan tantangan besar yang membutuhkan transformasi struktural. Laporan McKinsey Global Institute memaparkan peta jalan yang realistis, namun keberhasilannya bergantung pada komitmen dan keberanian dalam mereformasi fondasi pembangunan ekonomi.
Dua kunci utama keberhasilan adalah peningkatan produktivitas secara signifikan dan penciptaan ekosistem yang mendorong pertumbuhan tiga kali lipat jumlah perusahaan menengah dan besar. Laporan berjudul "The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia's Productivity" menekankan pentingnya peningkatan rasio modal terhadap pekerja (capital deepening) dan peningkatan daya saing sektor bisnis.
Sebagai ekonomi terbesar ke-16 dunia, Indonesia memiliki potensi besar. Namun, tantangannya adalah mengkonversi potensi tersebut menjadi produktivitas unggul. Meskipun Indonesia telah sukses menurunkan angka kemiskinan ekstrem sejak 1980, untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi, pertumbuhan produktivitas tahunan harus ditingkatkan dari 3,1 persen menjadi 4,9 persen, mengingat negara berpenghasilan tinggi memiliki pendapatan per kapita minimal 14.000 dolar AS.
Meningkatkan Produktivitas dan Peran Perusahaan
Pertumbuhan produktivitas bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga tentang menciptakan nilai tambah dalam rantai ekonomi yang kompleks dan kompetitif. Perusahaan, khususnya perusahaan yang mampu tumbuh, berinovasi, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan berekspansi, memiliki peran vital. Kurangnya perusahaan besar di Indonesia mencerminkan kelemahan struktur insentif ekonomi nasional.
Banyak usaha kecil terhambat pertumbuhannya oleh hambatan administratif, akses pembiayaan terbatas, dan regulasi yang berubah-ubah. Target melipatgandakan jumlah perusahaan besar bukan hanya target kuantitatif, tetapi juga panggilan untuk reformasi institusional agar birokrasi menjadi pendukung, bukan penghambat, pertumbuhan.
"Indonesia harus meningkatkan jumlah perusahaan menengah dan besar sebanyak tiga kali lipat, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja berkualitas tinggi, dan mendorong pertumbuhan berbagai sektor value added," kata Chris Bradley, Senior Partner McKinsey dan Direktur MGI. Ia menambahkan bahwa selain manufaktur dan pertanian, sektor jasa diperkirakan akan berkontribusi besar pada value added.
Lima Modal untuk Indonesia Maju
McKinsey & Company Indonesia menyoroti lima modal kunci yang harus diperkuat: sistem keuangan yang tangguh, sistem pendidikan yang kuat, regulasi yang mudah, infrastruktur kelas dunia, dan ekosistem yang mendukung start-up dan perusahaan kecil.
Khoon Tee Tan, Managing Partner McKinsey & Company Indonesia, menekankan pentingnya kerja sama kelima modal tersebut secara simultan. Sistem keuangan yang didominasi perbankan konservatif, kredit swasta yang rendah, dan pasar modal yang dangkal menghambat pertumbuhan perusahaan. Reformasi pembiayaan dan insentif fiskal progresif sangat dibutuhkan.
Modal manusia juga memerlukan pendekatan strategis, mengatasi kesenjangan keterampilan antara pendidikan dan industri. Dibutuhkan tenaga kerja yang fleksibel, adaptif, dan kreatif. Kurikulum pendidikan tinggi harus relevan dengan kebutuhan pasar. Modal institusional, meliputi regulasi yang sinkron, perizinan yang cepat, dan kepastian hukum, sangat penting untuk menarik investasi global.
Infrastruktur digital juga krusial. Kesenjangan akses internet harus diatasi untuk menciptakan inklusivitas ekonomi. Terakhir, modal kewirausahaan perlu didukung dengan mekanisme pendanaan inovatif seperti venture capital dan private equity. Pemerintah harus melihat start-up sebagai tulang punggung ekonomi masa depan, bukan sekadar tren.
Menuju Keniscayaan, Bukan Mimpi
Transformasi menuju negara berpendapatan tinggi membutuhkan komitmen dan keberanian dalam mengambil keputusan yang sulit. Efisiensi sektor-sektor ekonomi harus diprioritaskan, dan inovasi harus didukung. Memberikan ruang bagi dinamika usaha yang sehat, mendukung ekspansi perusahaan lokal, dan menciptakan iklim usaha yang kompetitif adalah kunci keberhasilan.
Dengan menyeimbangkan peran negara yang strategis dan dinamika pasar yang sehat, Indonesia dapat mewujudkan status negara berpenghasilan tinggi, bukan sebagai mimpi, tetapi sebagai keniscayaan yang menunggu eksekusi yang cerdas dan konsisten. "Selain manufaktur dan pertanian, pangsa terbesar dari value added kemungkinan berasal dari sektor jasa," kata Chris Bradley.