Indonesia Perlu Kembangkan AI Berbasis Lokal, Kata Dekan UPH
Dekan Fakultas Kecerdasan Buatan UPH, Rizaldi Setiabudi, menekankan pentingnya pengembangan AI yang sesuai konteks lokal Indonesia untuk menyelesaikan masalah sosial dan mendorong kolaborasi akademisi dan praktisi.

Jakarta, 20 Maret 2024 - Dekan Fakultas Kecerdasan Buatan (AI) Universitas Pelita Harapan (UPH), Rizaldi Setiabudi, dalam sebuah gelar wicara di Tangerang, Banten, menekankan pentingnya pengembangan kecerdasan buatan yang relevan dengan konteks lokal Indonesia. Gelar wicara bertajuk "Artificial Intelligence: Shaping Indonesia’s Future" ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Rizaldi menyatakan bahwa pengembangan AI di Indonesia harus mempertimbangkan data lokal dan difokuskan untuk memecahkan permasalahan sosial yang ada di Indonesia.
Rizaldi menjelaskan, "Kalau kita berbicara tentang AI, maka erat kaitannya dengan data. Nah nanti kita bisa kembangkan AI yang sesuai dengan konteks lokal." Ia menambahkan bahwa pemanfaatan AI yang tepat sasaran dapat memberikan solusi efektif untuk berbagai tantangan sosial di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong inovasi teknologi dalam negeri.
UPH, sebagai satu-satunya universitas di Indonesia yang memiliki Fakultas Kecerdasan Buatan, berkomitmen untuk mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan industri AI. Fakultas ini, yang akan menerima mahasiswa baru pada tahun akademik 2025/2026, menggabungkan pembelajaran teori dan praktik, serta melibatkan akademisi dan praktisi sebagai tenaga pengajar. Kolaborasi internasional juga dijalin dengan Zhejiang University dan perusahaan AI terkemuka di Hangzhou, Tiongkok, untuk memperkaya kurikulum dan wawasan mahasiswa.
Pentingnya Kolaborasi dan Pengembangan AI Lokal
Rizaldi menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan AI di Indonesia. "Untuk AI ini, kita tidak bisa mulai dari nol. Harus berkolaborasi dengan orang yang melakukan penelitian dan pengembangan seperti akademisi dan juga praktisi," ujarnya. Kolaborasi ini dinilai krusial untuk memastikan pengembangan AI yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan Indonesia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Fakultas Kecerdasan Buatan UPH terintegrasi dengan program studi lain di UPH, menunjukkan komitmen UPH untuk mengintegrasikan AI ke berbagai disiplin ilmu. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang lebih luas dan berdampak signifikan bagi masyarakat.
Kurikulum yang komprehensif dan kolaborasi dengan praktisi industri memastikan lulusan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Dengan demikian, lulusan diharapkan dapat berkontribusi langsung dalam pengembangan dan penerapan AI di Indonesia.
AI sebagai Penunjang, Bukan Pengganti Manusia
Rizaldi juga menyampaikan pesan penting mengenai peran AI dalam kehidupan manusia. Ia menegaskan bahwa AI bukanlah pengganti manusia, melainkan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu takut atau antipati terhadap perkembangan AI, melainkan harus mampu beradaptasi dan memanfaatkannya secara bijak.
Pesan ini sejalan dengan arahan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang juga hadir dalam acara tersebut. Gibran mendorong anak muda Indonesia untuk beradaptasi dengan teknologi kecerdasan buatan dan memanfaatkannya sebagai peluang untuk kemajuan bangsa. Hal ini menunjukkan dukungan pemerintah terhadap pengembangan AI di Indonesia.
Dengan adanya Fakultas Kecerdasan Buatan UPH dan dukungan pemerintah, diharapkan Indonesia dapat mengembangkan AI yang sesuai dengan konteks lokal dan mampu memberikan solusi bagi berbagai permasalahan sosial. Kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan AI di Indonesia.
Ke depannya, pengembangan AI di Indonesia harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi global. Namun, tetap berpegang teguh pada prinsip pengembangan AI yang berkelanjutan, etis, dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.