Indonesia: Titik Terang di Tengah Badai Ekonomi Global
Meskipun menghadapi penurunan penerimaan pajak dan penurunan peringkat investasi, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi dengan strategi fiskal yang tepat dan optimisme di tengah ketidakpastian global.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, Bagaimana? Pada bulan Maret 2025, Indonesia mengalami penurunan penerimaan pajak sebesar 30 persen dalam dua bulan pertama tahun ini, mengakibatkan defisit anggaran Rp31,2 triliun. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas global dan perubahan sistem perpajakan. Meskipun demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tetap optimistis, menyebut Indonesia sebagai “bright spot in the dark” di tengah ketidakpastian global. Pemerintah Indonesia pun berupaya mengatasi tantangan ini dengan berbagai strategi fiskal dan moneter.
Penurunan peringkat investasi oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs menambah kekhawatiran. Namun, hal ini lebih mencerminkan strategi “portfolio rebalancing” ketimbang fundamental ekonomi Indonesia yang memburuk. Fitch Ratings tetap mempertahankan peringkat kredit Indonesia di BBB dengan prospek stabil, mengakui risiko fiskal yang meningkat namun tetap memuji disiplin fiskal Indonesia yang relatif baik.
Berbagai pihak, termasuk analis pasar modal Hendra Wardana, tetap optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia. Mereka menekankan bahwa pasar saham Indonesia masih menarik dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pemerintah pun mengambil berbagai langkah strategis untuk mengatasi tantangan dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.
Strategi Fiskal dan Moneter Indonesia
Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan rasio penerimaan pajak terhadap PDB dari 10 persen menjadi 18 persen dalam jangka panjang, melalui perluasan basis pajak dan peningkatan kepatuhan. Target defisit anggaran tetap dipertahankan di angka 2,53 persen dari PDB. Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
Program-program sosial seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) juga menjadi investasi jangka panjang pada kualitas sumber daya manusia. Pemerintah juga melakukan penghematan anggaran sebesar Rp306,69 triliun untuk realokasi ke sektor-sektor yang lebih berdampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat.
Kehadiran Danantara, sovereign wealth fund baru Indonesia, diharapkan dapat menarik investasi asing dan mengoptimalkan aset negara. Lembaga internasional seperti Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di kisaran 5 persen pada tahun 2025.
Tantangan dan Peluang
Indonesia menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan kebijakan fiskal yang ketat dengan kebutuhan investasi. Keanggotaan Indonesia dalam BRICS membuka peluang baru dalam kerja sama perdagangan dan investasi, mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional.
Meskipun ada tantangan, Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang terbukti. Dengan strategi yang cermat, kebijakan yang adaptif, dan partisipasi aktif masyarakat, Indonesia mampu mengubah tantangan menjadi peluang menuju ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif. Optimisme dan strategi yang matang menjadi kunci untuk melewati badai ekonomi global.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, menekankan pentingnya optimisme dalam mengatasi persoalan ekonomi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa optimisme, dibarengi dengan strategi yang tepat, menjadi kunci keberhasilan Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi.