ITDC Terapkan Transisi Energi Hijau: Emisi Karbon di Nusa Dua Turun 16 Persen
ITDC sukses terapkan transisi BBM ke LNG di Nusa Dua, Bali, turunkan emisi karbon hingga 16 persen dan menjadi kawasan wisata pertama di Indonesia yang bertenaga gas.

Kawasan pariwisata Nusa Dua di Bali kini menjadi yang terdepan dalam penerapan energi hijau di Indonesia. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) berhasil menerapkan transisi bahan bakar minyak (BBM) ke gas alam cair (LNG), ditargetkan mampu mengurangi emisi karbon hingga 16 persen. Direktur Utama ITDC Utilitas, A A Istri Ratna Dewi, mengumumkan keberhasilan ini di Denpasar, Bali, Kamis (27/3). Langkah ini merupakan bagian dari komitmen ITDC untuk mendukung pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pembangunan infrastruktur gas alam yang telah rampung pada November 2023 ini, merupakan sebuah langkah strategis dalam penyediaan sumber energi yang berkelanjutan. Dengan beralih ke LNG, ITDC tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mendorong penggunaan produk dalam negeri (TKDN). Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong kemandirian energi dan mengurangi dampak negatif lingkungan.
Infrastruktur LNG yang dibangun memiliki kapasitas hingga 2 juta standar meter kubik per tahun, setara dengan 1,9 juta kilogram tabung gas LPG per tahun. Ini menjadikan Nusa Dua sebagai kawasan wisata pertama di Indonesia yang menjadikan gas sebagai sumber energi utama, sebuah prestasi yang patut diapresiasi dalam upaya menuju pariwisata yang lebih ramah lingkungan.
Infrastruktur LNG di Nusa Dua: Sebuah Langkah Maju untuk Pariwisata Berkelanjutan
Fasilitas regasifikasi LNG yang dibangun di area Lagoon, Nusa Dua, memiliki kapasitas 1.000 meter kubik per jam. Selain itu, jaringan distribusi pipa gas sepanjang 8,5 kilometer telah dibangun, dilengkapi dengan 53 unit fasilitas meter regulator untuk memenuhi kebutuhan dapur dan pemanas air di berbagai hotel dan usaha di kawasan tersebut. Keseluruhan infrastruktur ini menunjukan komitmen ITDC yang serius dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Hingga saat ini, sembilan hotel bintang lima dan beberapa restoran telah bermitra dengan ITDC untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan ini. Diproyeksikan, akan semakin banyak hotel dan bisnis lain yang akan bergabung dalam inisiatif ini. Hal ini menunjukkan antusiasme dan dukungan dari sektor swasta terhadap upaya pelestarian lingkungan.
Kawasan Nusa Dua yang memiliki luas sekitar 350 hektare saat ini terdiri dari 22 hotel bintang lima dengan total sekitar 5.500 kamar. Selain hotel dan restoran, kawasan ini juga memiliki pusat perbelanjaan, teater, fasilitas seni budaya, dan dua area gedung konvensi (MICE) dengan kapasitas lebih dari 10.000 orang dan 5.000 orang. Penggunaan LNG akan secara signifikan mengurangi emisi karbon dari seluruh aktivitas di kawasan ini.
Dampak Positif Transisi Energi di Nusa Dua
Transisi ke LNG tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberikan dampak positif lainnya. Pengurangan ketergantungan pada impor BBM akan meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi risiko fluktuasi harga energi global. Selain itu, penggunaan produk lokal akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja baru.
Inisiatif ITDC ini menjadi contoh nyata bagaimana sektor pariwisata dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan. Dengan menerapkan teknologi dan inovasi yang ramah lingkungan, ITDC telah menunjukkan komitmennya untuk membangun pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Semoga langkah ini akan menginspirasi kawasan wisata lain di Indonesia untuk mengikuti jejak Nusa Dua.
Keberhasilan ITDC dalam mengurangi emisi karbon hingga 16 persen merupakan langkah signifikan dalam upaya Indonesia mencapai target emisi karbon yang lebih rendah. Hal ini juga menunjukkan bahwa pariwisata dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan, menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Dengan adanya infrastruktur LNG yang lengkap, Nusa Dua siap menjadi contoh bagi kawasan wisata lainnya di Indonesia dalam mengadopsi energi terbarukan dan ramah lingkungan. Langkah ini tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di kancah internasional.
Semoga keberhasilan ini dapat menginspirasi sektor pariwisata lainnya di Indonesia untuk beralih ke energi terbarukan dan berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan menjaga kelestarian lingkungan.