Jangan Ciptakan Fobia Teknologi: Bijak Manfaatkan Gawai di Pendidikan
Alih-alih melarang penggunaan gawai di sekolah, mari bijak memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan strategi tepat dan pengawasan yang efektif.
![Jangan Ciptakan Fobia Teknologi: Bijak Manfaatkan Gawai di Pendidikan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/06/230301.733-jangan-ciptakan-fobia-teknologi-bijak-manfaatkan-gawai-di-pendidikan-1.jpg)
Jakarta, 6 Februari 2024 (ANTARA) - Usulan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) untuk melarang pemberian tugas sekolah lewat gawai menuai kontroversi. Perkembangan teknologi memang pesat, namun bukan berarti kita harus menolaknya. Alih-alih menciptakan 'fobia' teknologi, kita perlu mengupayakan pemanfaatan teknologi yang bijak dalam pendidikan.
Menghadapi Tantangan Teknologi di Era Digital
Perubahan teknologi adalah keniscayaan. Ingat awal kemunculan ojek daring? Awalnya diwarnai kekhawatiran dan konflik. Kini, teknologi telah terintegrasi dalam hampir semua aspek kehidupan, dari memesan makanan hingga memesan tiket. Kemudahan ini terkadang membuat kita 'mager' (malas gerak), namun juga menghadirkan potensi kekecewaan, misalnya barang pesanan tak sesuai harapan. Ini adalah sisi positif dan negatif yang perlu kita pahami.
Usulan pelarangan tugas sekolah lewat gawai justru berpotensi menciptakan fobia teknologi. Anak-anak dan orang tua perlu dibimbing untuk menggunakan teknologi dengan bijak, bukan dihindari. Penolakan teknologi secara total justru bisa membuat Indonesia tertinggal dari negara lain.
Strategi Bijak dalam Pemanfaatan Teknologi di Sekolah
Sekolah dapat membuat kebijakan penggunaan gawai yang lebih terarah. Misalnya, membatasi akses konten di luar materi pembelajaran atau mengatur jadwal pemberian tugas lewat gawai. Dengan begitu, penggunaan gawai lebih terkontrol dan difokuskan untuk kegiatan belajar.
Generasi Z, sebagai digital native, lebih mahir menggunakan teknologi. Alih-alih melarang, berikanlah tugas yang mendorong mereka mengakses konten positif melalui gawai. Contohnya, Italia memperbolehkan penggunaan gawai untuk siswa disabilitas, sementara Swedia sempat menerapkan pendidikan serba digital, namun kini kembali menggunakan buku teks cetak. Hal ini menunjukkan pentingnya keseimbangan dan adaptasi.
Langkah-langkah Menuju Pemanfaatan Teknologi yang Lebih Efektif
Untuk memperbaiki situasi di Indonesia, beberapa langkah dapat dilakukan. Pertama, jadwalkan pemberian tugas pada jam sekolah, sehingga penggunaan gawai lebih terarah dan terkontrol. Kedua, berikan penghargaan kepada siswa yang menyelesaikan tugas lewat gawai. Penghargaan ini bisa berupa buku atau materi pembelajaran tambahan, bukan hal konsumtif.
Ketiga, kita harus lebih bijak dalam mengonsumsi teknologi. Pelajari plus minusnya, dan manfaatkan teknologi untuk menggali potensi diri. Jangan menghindari atau menolak teknologi mentah-mentah. Adaptasi dengan perkembangan zaman sangat penting. Gawai adalah alat bantu, bukan sekadar sarana hiburan.
Kesimpulan
Kesimpulannya, kita tidak perlu takut pada teknologi. Yang dibutuhkan adalah strategi bijak dalam pemanfaatannya. Dengan pengawasan yang tepat dan kebijakan yang terarah, teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Mari kita manfaatkan teknologi dengan bijak, bukan dengan menciptakan fobia teknologi yang justru merugikan.
*) Yayan Sakti Suryandaru adalah dosen di Departemen Komunikasi Massa Universitas Airlangga