Jawa Tengah Cari Pasar Ekspor Baru di Luar AS, Antisipasi Tarif Impor AS
Atas kebijakan tarif impor baru AS, Jawa Tengah gencar mencari pasar ekspor alternatif untuk menekan dampak negatif pada perekonomian daerah, terutama sektor padat karya.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) tengah berupaya memperluas pasar ekspor ke berbagai negara di luar Amerika Serikat (AS). Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi atas kebijakan Pemerintah AS yang memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap sejumlah produk Indonesia.
Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Sakina Rosellasari, di Semarang, Rabu (23/4), AS selama ini menjadi mitra dagang utama Jateng. Kontribusi AS terhadap total ekspor Jateng mencapai 41,53 persen atau sekitar 4.470 juta dolar AS pada tahun 2024. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan negara lain seperti Jepang (8,45 persen) dan China (6,10 persen).
"Jadi, sekitar 41 persen ekspor Jateng ditujukan ke Amerika. Dengan adanya kebijakan baru ini, kami langsung berupaya mencari pasar alternatif. China, misalnya, nilainya tidak lebih dari 20 persen," jelas Sakina.
Antisipasi Dampak Tarif Impor AS
Produk unggulan Jateng yang selama ini diekspor ke AS antara lain alas kaki dan garmen. Meskipun kebijakan tarif impor AS belum berdampak langsung, Pemerintah Jateng berupaya meminimalkan efek negatifnya dengan strategi diversifikasi pasar ekspor. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas perekonomian daerah, khususnya sektor padat karya yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Jateng.
Sakina menambahkan bahwa upaya perluasan pasar ekspor tidak hanya terfokus pada satu atau dua negara saja. Pemerintah Jateng menargetkan perluasan pasar ke berbagai negara, termasuk Benua Eropa. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
"Ekspor tidak hanya bergantung pada satu negara, tetapi mulai menyebar ke berbagai negara, termasuk Eropa sebagai salah satu sasaran," imbuhnya.
Mitigasi Risiko dan Koordinasi dengan Pelaku Usaha
Pemerintah Jateng saat ini tengah melakukan berbagai upaya mitigasi risiko dengan cara berkoordinasi dan berdiskusi intensif dengan para pelaku usaha, terutama di sektor padat karya. Sektor ini dinilai sangat penting karena mendominasi investasi dan kegiatan industri di Jateng. Koordinasi ini bertujuan untuk merumuskan strategi bersama dalam menghadapi tantangan pasar global yang dinamis.
Strategi utama yang dijalankan adalah memperluas pangsa pasar ekspor ke berbagai negara. Hal ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif impor AS dan membuka peluang pasar baru yang lebih luas. Pemerintah Jateng optimistis upaya ini dapat menekan dampak perang dagang dan menjaga pertumbuhan ekonomi daerah.
"Strategi yang kami inginkan adalah pangsa pasar tidak hanya bergantung pada Amerika Serikat, tetapi terus berkembang ke berbagai negara lain yang memiliki potensi besar," pungkas Sakina.
Dengan demikian, Jawa Tengah berupaya untuk tidak hanya bergantung pada satu pasar ekspor utama, tetapi membangun ketahanan ekonomi melalui diversifikasi pasar dan peningkatan kerjasama dengan pelaku usaha.