Jerman dan Jepang Pimpin Transisi Energi Indonesia, Suntik Dana Rp326 Triliun
Jerman dan Jepang akan memimpin Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) di Indonesia mulai 2025, dengan komitmen pendanaan hingga 20 miliar dolar AS untuk percepatan energi terbarukan dan target emisi nol bersih pada 2050.

Jakarta, 22 Februari 2024 - Indonesia akan memasuki babak baru dalam transisi energinya. Jerman dan Jepang secara resmi akan mengambil alih kepemimpinan bersama International Partners Group (IPG) dalam Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) mulai awal tahun 2025. Kolaborasi ini menandai langkah signifikan dalam upaya Indonesia mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2050.
Pengumuman ini disampaikan Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jakarta. Sejak diluncurkan di KTT G20 2022, Jerman telah menjadi pendukung setia transisi energi Indonesia, dengan portofolio proyek bilateral terbesar dalam kerja sama pembangunan yang didedikasikan untuk tujuan tersebut. Dengan mengambil tanggung jawab kepemimpinan bersama, Jerman akan membantu mendorong implementasi JETP ke tahap selanjutnya.
Kerja sama ini melibatkan komitmen pendanaan yang sangat besar. IPG, yang terdiri dari negara-negara G7, Uni Eropa, Denmark, Norwegia, dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), berjanji untuk memobilisasi dana hingga 20 miliar dolar AS (sekitar Rp326,1 triliun) guna mendukung tujuan JETP Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk membatasi emisi, mempercepat pengembangan energi terbarukan, dan mencapai target emisi nol bersih di sektor listrik pada tahun 2050.
Pertemuan Tingkat Tinggi di Jakarta
Untuk memperkuat komitmen tersebut, delegasi tingkat tinggi dari Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), dipimpin oleh Direktur Jenderal Christine Toetzke, baru saja melakukan kunjungan ke Jakarta pada 17-21 Februari 2024. Delegasi tersebut bertemu dengan pemerintah Indonesia, Co-Lead Jepang, IPG, Sekretariat JETP, dan berbagai pihak terkait untuk meninjau kemajuan dan mengidentifikasi langkah-langkah percepatan implementasi JETP.
Hasil pertemuan menunjukkan kemajuan nyata dalam implementasi JETP. Beberapa komitmen penting dari IPG telah dicapai, termasuk sembilan pinjaman dan investasi ekuitas terpisah senilai 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp17,9 triliun) yang telah disetujui. Selain itu, dana tambahan senilai 4,8-5,5 miliar dolar AS (sekitar Rp78,2 triliun hingga Rp89,6 triliun) sedang dalam proses.
Tidak hanya itu, satu jaminan senilai 1 miliar dolar AS (sekitar Rp16,3 triliun) telah ditandatangani, dan jaminan lain senilai yang sama sedang dalam proses. Terdapat pula 43 proyek yang didanai hibah dengan total 230 juta dolar AS (sekitar Rp3,75 triliun) yang secara aktif mendukung transisi energi Indonesia, dengan tambahan 97 juta dolar AS (sekitar Rp1,58 triliun) yang sedang dipersiapkan.
Sebagai contoh nyata keberhasilan, perluasan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Muara Laboh, proyek JETP pertama yang didanai bersama dengan keuangan swasta, telah ditandatangani pada awal tahun ini.
Komitmen Kuat untuk Transisi Energi Berkelanjutan
Jerman dan Jepang menegaskan komitmen kuat mereka untuk mendukung transisi energi Indonesia menuju emisi nol bersih. Kerja sama ini tidak hanya membuka peluang baru untuk pertumbuhan hijau, tetapi juga meletakkan dasar bagi pembangunan berkelanjutan, ketahanan ekonomi, dan kemakmuran jangka panjang Indonesia.
Direktur Jenderal BMZ, Christine Toetzke, menyatakan, "Pasokan energi hijau akan semakin memperkuat daya saing global Indonesia, memposisikan negara ini sebagai pusat produksi yang siap menghadapi masa depan dan secara langsung berkontribusi terhadap agenda pertumbuhan ekonomi pemerintah yang ambisius."
Ke depan, Jerman dan Jepang berharap dapat melanjutkan kerja sama dengan Indonesia dan para mitranya untuk mempercepat transisi energi yang adil, inklusif, dan ambisius. Kolaborasi ini diharapkan akan membawa Indonesia lebih dekat ke tujuan pembangunan berkelanjutan dan kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan.