Absennya AS Tak Pengaruhi Pendanaan JETP untuk Indonesia, Pastikan Airlangga
Menteri Airlangga Hartarto memastikan komitmen pendanaan JETP tetap kuat meski Amerika Serikat menarik diri, dengan sembilan negara lain tetap mendukung target emisi Indonesia.

Jakarta, 24 Maret 2025 - Amerika Serikat (AS) menarik diri dari Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) pada 5 Maret 2025 di bawah kepemimpinan Donald Trump. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan jaminan bahwa hal tersebut tidak akan memengaruhi komitmen pendanaan dari sembilan negara lainnya yang terlibat dalam program ini. Keputusan AS tersebut diumumkan di tengah upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai target net zero emission.
Dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, Airlangga menegaskan, "Jadi tadi ditegaskan bahwa keluarnya Amerika dalam Paris Agreement dan juga support JETP tidak mengurangi komitmen sembilan negara untuk mendukung net zero emission di Indonesia. Jadi tidak ada perubahan dari sana." Pernyataan ini memberikan kepastian bagi Indonesia yang tengah gencar menjalankan program transisi energi.
Kehilangan AS sebagai salah satu pendukung JETP tentu menimbulkan pertanyaan mengenai kelanjutan program ini. Namun, Airlangga berhasil meredakan kekhawatiran tersebut dengan menekankan komitmen kuat dari negara-negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama internasional dalam mengatasi perubahan iklim tetap berjalan meskipun terdapat dinamika politik global.
Komitmen Tetap Kuat Meski AS Mundur
Saat ini, Jerman dan Jepang memimpin program JETP. Negara-negara anggota lainnya meliputi Denmark, Inggris, Italia, Kanada, Norwegia, Prancis, dan Uni Eropa. Mereka tergabung dalam International Partners Group (IPG) dan berkomitmen membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi sebesar 31,89 persen secara mandiri dan hingga 43 persen dengan dukungan internasional pada 2030. Komitmen ini terbukti dengan realisasi pendanaan yang telah dicairkan.
Hingga saat ini, sebanyak 54 proyek telah menerima dukungan pendanaan internasional dengan total komitmen mencapai 1,1 miliar dolar AS. Rinciannya, sembilan proyek mendapatkan pendanaan dalam bentuk pinjaman atau ekuitas, sementara 45 proyek lainnya menerima hibah senilai 233 juta dolar AS. Proyek-proyek ini tersebar di berbagai sektor, mendukung upaya Indonesia dalam transisi energi bersih.
Airlangga memberikan contoh beberapa proyek yang tengah berjalan, seperti "Muara Laboh di Sumatera Barat, itu adalah program untuk geotermal dan diharapkan bisa beroperasi di 2027. Kemudian juga ada beberapa proyek yang dalam pipeline, baik itu photovoltaic seperti di Saguling, kemudian juga ada beberapa proyek lain seperti dekarbonisasi atau phasing out dari Cirebon power." Proyek-proyek ini menunjukkan keberlanjutan komitmen pendanaan JETP.
Sebagai tambahan, IPG telah mengamankan jaminan senilai 1 miliar dolar AS melalui Multilateral Development Banks (MDB) Guarantee untuk mempercepat pelaksanaan proyek-proyek transisi energi bersih. Jaminan ini memberikan dukungan finansial yang signifikan bagi keberhasilan program JETP.
Dukungan Internasional untuk Transisi Energi Bersih di Indonesia
Keberhasilan Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi sangat bergantung pada keberhasilan program JETP. Komitmen kuat dari sembilan negara anggota IPG, meskipun tanpa AS, menunjukkan dukungan internasional yang signifikan terhadap upaya Indonesia dalam transisi energi. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama internasional untuk mengatasi perubahan iklim tetap solid dan berkelanjutan.
Keberadaan jaminan pendanaan dari MDB Guarantee juga memberikan keyakinan akan keberlanjutan program ini. Dengan dukungan pendanaan yang terjamin, proyek-proyek transisi energi di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang telah ditetapkan. Komitmen ini menjadi bukti nyata dukungan internasional untuk Indonesia dalam mencapai tujuan lingkungan yang berkelanjutan.
Ke depan, kolaborasi dan kerjasama internasional tetap menjadi kunci keberhasilan program JETP. Dengan komitmen yang kuat dari negara-negara anggota, Indonesia diharapkan dapat mencapai target pengurangan emisi dan berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Keberhasilan ini akan berdampak positif bagi lingkungan dan perekonomian Indonesia.