Jurnalis Internasional Kunjungi Bekas Markas CPC di Chongqing, Saksikan Sejarah Perang Anti-Jepang
Delegasi jurnalis internasional mengunjungi Museum Peringatan Revolusi Hongyan di Chongqing, China, bekas markas CPC selama Perang Anti-Jepang, dan mempelajari sejarah perjuangan revolusioner.

Sebuah delegasi jurnalis dari berbagai negara melakukan kunjungan bersejarah ke Museum Peringatan Revolusi Hongyan di Chongqing, China, pada Selasa. Museum ini merupakan bekas markas Selatan Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (CPC) selama Perang Anti-Jepang, periode penting dalam sejarah Tiongkok. Kunjungan ini menjadi kesempatan langka bagi para jurnalis untuk menyaksikan langsung situs bersejarah dan mempelajari lebih dalam perjuangan revolusioner masa lalu.
Sebelum mengunjungi museum, para jurnalis yang diundang oleh Departemen Internasional CPC, meninjau Komunitas Minzuchan, sebuah komunitas yang menyediakan fasilitas lengkap dan nyaman bagi warga senior di Chongqing. Kunjungan ini memberikan gambaran mengenai perkembangan kesejahteraan sosial di Tiongkok saat ini, yang kontras dengan masa sulit perjuangan revolusioner yang terjadi di masa lalu.
Museum Peringatan Revolusi Hongyan terletak di lokasi yang sarat makna sejarah, di tepi Sungai Jialiang, Desa Tebing Merah, Tebing Zengjia, dan bekas lokasi 'Xinhua Daily' yang berada di atas bukit. Lokasi-lokasi ini menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan para revolusioner Tiongkok dalam melawan penjajahan Jepang.
Menelusuri Jejak Sejarah di Museum Peringatan Revolusi Hongyan
Museum Sejarah Revolusi Hongyan Chongqing, yang didirikan pada tahun 2007, merupakan lembaga publik yang didanai penuh oleh pemerintah. Tujuan pendirian museum ini adalah untuk melindungi warisan budaya revolusioner Hongyan, melakukan studi mendalam terhadap sumber daya budaya revolusioner, mengeksplorasi semangat Hongyan, dan menyebarkan pengetahuan sejarah revolusioner kepada generasi mendatang.
Koleksi museum yang berharga mencakup Monumen Revolusi Hongyan Chongqing, Monumen Revolusi Gunung Gele, aula pameran sejarah Partai Komunis Tiongkok, dan sejumlah kelompok warisan budaya lainnya. Museum ini juga menyimpan 42 situs peninggalan sejarah, termasuk Situs Peringatan Perang Anti-Jepang dan sejumlah peninggalan bersejarah lainnya dari masa pemerintahan Chongqing.
Di museum ini, para jurnalis dapat melihat langsung tempat di mana para tokoh revolusioner terkemuka seperti Mao Zedong, Zhou Enlai, dan Dong Biwu pernah bekerja dan tinggal. Bangunan-bangunan dan artefak yang tersimpan di museum ini memberikan gambaran nyata mengenai kondisi dan suasana kehidupan para revolusioner pada masa itu.
Makan Siang di Terowongan Sejarah
Setelah kunjungan ke museum, para jurnalis diajak untuk menikmati makan siang berupa Chongqing Hotpot, makanan khas setempat. Yang menarik, restoran yang mereka kunjungi memanfaatkan terowongan panjang yang dibangun pada masa Perang Anti-Jepang sebagai tempat perlindungan warga dari serangan bom Jepang. Penggunaan terowongan ini sebagai restoran saat ini menjadi simbol transformasi dan upaya untuk menghargai sejarah.
Kunjungan delegasi jurnalis internasional ke Museum Peringatan Revolusi Hongyan dan situs-situs bersejarah lainnya di Chongqing memberikan wawasan berharga mengenai sejarah perjuangan revolusioner Tiongkok dan bagaimana sejarah tersebut dipelihara dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Museum ini bukan hanya tempat penyimpanan artefak, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran dan pengingat akan pentingnya perjuangan untuk kemerdekaan dan kedaulatan nasional.
Pengalaman ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman para jurnalis internasional terhadap sejarah Tiongkok dan memberikan perspektif yang lebih luas mengenai perkembangan negara tersebut hingga saat ini. Kunjungan ini juga menunjukkan komitmen Tiongkok untuk berbagi sejarahnya dengan dunia internasional.