Kalsel Bidik Investasi Non-Pertambangan di Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berupaya meningkatkan investasi di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan pada 2025, guna memaksimalkan potensi lokal dan mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan.
![Kalsel Bidik Investasi Non-Pertambangan di Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/03/220113.221-kalsel-bidik-investasi-non-pertambangan-di-sektor-pertanian-perkebunan-dan-perikanan-1.jpg)
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) tengah berupaya mendorong peningkatan investasi di luar sektor pertambangan. Sasaran utamanya adalah sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, dengan target peningkatan signifikan pada tahun 2025.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kalsel, Endri, menjelaskan bahwa Kalsel ingin memaksimalkan potensi sektor-sektor tersebut melalui hilirisasi dan industrialisasi. "Kita ingin memaksimalkan sektor lain selain pertambangan, terutama di bidang hilirisasi dan industrialisasi karena potensi di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan sangat besar," ujar Endri dalam keterangannya di Banjarbaru, Senin (03/02).
Endri mengakui bahwa selama ini, pemanfaatan sumber daya di sektor-sektor tersebut masih terbatas pada pasar lokal. Provinsi Kalsel belum maksimal dalam mengembangkan pasar luar daerah, bahkan ekspor. "Banyak komoditas yang sebenarnya bisa dikembangkan dan diindustrialisasi, misalnya di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan," tambahnya.
Ia mencontohkan potensi kayu manis di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang belum terkelola secara optimal. "Kayu manis punya prospek ekspor yang tinggi, tetapi masih dikelola secara tradisional. Jika diolah menjadi bubuk, nilai ekonomisnya akan jauh lebih tinggi," jelas Endri. Hal serupa juga berlaku untuk ubi nagara yang masih berorientasi pasar lokal, padahal potensi olahannya, seperti tepung ubi, cukup besar permintaannya di luar daerah.
Endri menekankan pentingnya hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan. "Hal ini membutuhkan ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan, pola tanam yang baik, dan lahan yang memadai," tuturnya. Proses hilirisasi ini diharapkan dapat menciptakan sentra produksi baru dan membuka lapangan kerja, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.
Investasi di Kalsel selama ini didominasi oleh sektor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Realisasi investasi pada tahun 2024 mencapai Rp18,13 triliun. Sektor pertambangan menyumbang Rp10 triliun, diikuti sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp2,4 triliun), serta tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan (Rp1,2 triliun).
Dengan mendorong investasi di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, Pemerintah Provinsi Kalsel berharap dapat mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan dan menciptakan perekonomian yang lebih berkelanjutan dan merata. Pengembangan industri pengolahan diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomi komoditas lokal dan membuka peluang pasar yang lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri.