Kemdiktisaintek Ubah Strategi Riset: Fokus pada Masalah Nasional
Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengubah paradigma riset dari berbasis topik menjadi berbasis masalah untuk menjawab kebutuhan nasional dan mengatasi keterbatasan pendanaan.
![Kemdiktisaintek Ubah Strategi Riset: Fokus pada Masalah Nasional](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191702.977-kemdiktisaintek-ubah-strategi-riset-fokus-pada-masalah-nasional-1.jpg)
Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) membuat gebrakan baru dalam dunia riset di Indonesia. Bukan lagi sekadar fokus pada topik penelitian, Kemdiktisaintek kini bergeser ke paradigma baru: riset berbasis permasalahan. Perubahan ini diumumkan pada Selasa, 11 Februari 2024, di Jakarta, dan menandai langkah signifikan dalam strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tanah air.
Perubahan Paradigma Riset: Dari Topik ke Masalah
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman, menjelaskan alasan di balik perubahan ini. "Sebelumnya, riset kita terfokus pada delapan bidang: pangan, energi, kesehatan, transportasi, rekayasa, pertahanan, keamanan, dan kemaritiman. Namun, kini pendanaan riset tidak lagi berbasis bidang atau topik, melainkan berbasis masalah yang dihadapi bangsa," ujarnya dalam diskusi dengan media.
Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan riset tetap relevan dan menjawab kebutuhan nasional, terutama dengan keterbatasan anggaran. Dengan berfokus pada permasalahan, riset diharapkan dapat memberikan solusi konkret dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Ketahanan Pangan: Fokus Riset Bawang Putih
Salah satu contoh nyata perubahan paradigma ini adalah fokus pada ketahanan pangan, yang merupakan salah satu prioritas utama pemerintah. Fauzan mencontohkan permasalahan impor bawang putih yang mencapai 95 persen, dengan nilai mencapai Rp10 triliun per tahun. "Sebagian besar impor berasal dari satu negara. Impor lebih murah dan kualitasnya lebih baik, terutama dalam hal kemudahan pengupasan dan ukuran. Riset kita kini difokuskan untuk meningkatkan kualitas bawang putih lokal dan menurunkan harganya," jelas Fauzan.
Teknologi genomics dan pemanfaatan data terintegrasi menjadi kunci dalam upaya meningkatkan produktivitas bawang putih. Hal ini menunjukkan bagaimana riset berbasis masalah mendorong penggunaan teknologi terkini untuk memecahkan permasalahan riil.
Kerja Sama Perguruan Tinggi: Bibit Unggul dan Bioteknologi
Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemdiktisaintek, I Ketut Adnyana, menambahkan bahwa kerja sama dengan perguruan tinggi menjadi sangat penting. "Kita mengajak perguruan tinggi untuk meneliti dan menemukan bibit unggul, salah satunya dengan memanfaatkan bioteknologi dan biogenomik," kata Ketut.
Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan mendukung program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG). Kerja sama antar lembaga menjadi kunci keberhasilan riset berbasis masalah ini.
Kesimpulan: Riset yang Berdampak
Perubahan paradigma riset dari berbasis topik ke berbasis masalah merupakan langkah strategis Kemdiktisaintek untuk memastikan riset memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. Dengan fokus pada permasalahan riil yang dihadapi, riset diharapkan dapat menghasilkan solusi inovatif dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Kerja sama dengan perguruan tinggi dan pemanfaatan teknologi terkini menjadi kunci keberhasilan strategi ini.
Langkah ini menandai komitmen pemerintah untuk mendorong riset yang lebih terarah, efektif, dan berdampak bagi Indonesia. Dengan fokus pada masalah-masalah yang mendesak, riset diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan.