Kemenkes Deteksi 889 Ribu Kasus Tuberkulosis, Capai 81 Persen Target
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendeteksi 889 ribu kasus tuberkulosis (TB) hingga Maret 2025, namun masih berupaya mencapai target eliminasi TB pada 2030.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan telah mendeteksi 889 ribu kasus tuberkulosis (TB) hingga awal Maret 2025. Angka ini mewakili 81 persen dari target deteksi tahun 2024 yang ditetapkan sebesar 1.090.000 kasus. Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menyampaikan informasi ini dalam temu media daring di Jakarta pada Senin lalu. Pencapaian ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun masih menjadi tantangan besar dalam upaya eliminasi TB di Indonesia.
Meskipun terjadi peningkatan deteksi kasus TB dari tahun ke tahun, Ina Agustina Isturini menekankan bahwa pencapaian ini masih jauh dari target ideal. "Meskipun dibandingkan 2022-2023 atau tahun sebelumnya ini kita menunjukkan peningkatan, namun ini masih merupakan tantangan untuk bisa mencapai target. Di mana target penemuan kasus itu ditargetkan 90 persen. Jadi 900.000 kasus yang diminta," ujarnya. Ia juga menjelaskan bahwa target eliminasi TB lainnya, seperti pengobatan TB sensitif obat (TBSO) dan TB resisten obat (TBRO), juga belum tercapai sepenuhnya.
Kemenkes menargetkan 90 persen keberhasilan pengobatan TBSO dan 80 persen untuk TBRO pada tahun 2024. Namun, realisasinya baru mencapai 84 persen untuk TBSO dan 58 persen untuk TBRO. Ketimpangan pencapaian notifikasi TB juga terlihat di berbagai provinsi, dengan Banten mencatatkan angka tertinggi (112 persen) dan Papua Pegunungan terendah (27 persen). Rendahnya angka di beberapa daerah menjadi fokus perhatian pemerintah untuk meningkatkan upaya deteksi dan pengobatan TB.
Upaya Percepatan Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia
Untuk mencapai target eliminasi TB pada tahun 2030, Kemenkes telah menetapkan sejumlah target jangka pendek. Salah satunya adalah penemuan setidaknya 981 ribu kasus TB pada tahun 2025, dengan inisiasi pengobatan mencapai 95 persen. Target keberhasilan pengobatan juga ditingkatkan, yakni 90 persen untuk TBSO dan 80 persen untuk TBRO. Untuk mencapai target tersebut, Kemenkes telah meluncurkan beberapa inisiatif strategis.
Salah satu inisiatif tersebut adalah penggunaan X-ray dan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk meningkatkan penemuan kasus secara aktif. Integrasi data dan informasi TB antar rumah sakit dan puskesmas juga dilakukan untuk mempercepat penanganan kasus suspek TB. Langkah ini dinilai penting karena kasus TB di Indonesia masih tergolong underreported.
Selain itu, Kemenkes juga sedang memproses pemberian insentif penemuan kasus di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Inovasi lain yang sedang dikembangkan adalah regimen pengobatan yang lebih efisien, dengan target pengurangan waktu pengobatan dari 18 bulan menjadi 6 bulan. Vaksin TB juga ditargetkan selesai pada tahun 2027, serta rencana pembangunan rumah sakit khusus penanganan TBRO dan TBSO.
Kemenkes juga berupaya meningkatkan partisipasi komunitas dalam edukasi dan pencegahan TB. Semua upaya ini diharapkan dapat menurunkan insidensi TB di Indonesia dari angka 388 kasus per 100 ribu penduduk saat ini menjadi 65 kasus per 100 ribu penduduk pada tahun 2030, sesuai target global. Target lainnya adalah peningkatan treatment coverage dan success rate pengobatan TB di atas 90 persen.
Tantangan dan Solusi dalam Penanggulangan TB
Meskipun Kemenkes telah berupaya keras dalam penanggulangan TB, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah rendahnya angka deteksi dan pengobatan di beberapa daerah, terutama di daerah terpencil. Perlu adanya strategi khusus untuk meningkatkan akses layanan kesehatan di daerah-daerah tersebut. Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pengobatan TB juga menjadi kunci keberhasilan.
Keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran juga menjadi kendala dalam penanggulangan TB. Pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mendukung program penanggulangan TB secara berkelanjutan. Kolaborasi antar sektor juga sangat penting, termasuk melibatkan organisasi masyarakat dan sektor swasta dalam upaya pencegahan dan pengendalian TB.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan Indonesia dapat mencapai target eliminasi TB pada tahun 2030. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada komitmen dan kerja sama semua pihak, baik pemerintah, tenaga kesehatan, maupun masyarakat.
"Kemudian untuk treatment coverage diharapkan lebih dari 90 persen, dan success ratenya juga lebih dari 90 persen," kata Ina menambahkan mengenai target jangka panjang program eliminasi TB.