Anggaran Penanggulangan TB 2025 Tembus Rp2,4 Triliun, Fokus Perbaikan Tata Kelola
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengalokasikan anggaran Rp2,4 triliun untuk penanggulangan Tuberkulosis (TB) di tahun 2025, dengan fokus peningkatan penemuan kasus dan perbaikan tata kelola pengadaan obat.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan alokasi anggaran senilai Rp2,4 triliun untuk program penanggulangan Tuberkulosis (TB) pada tahun 2025. Angka ini mengalami kenaikan sekitar Rp200 miliar dibandingkan tahun 2024. Penggunaan anggaran tersebut difokuskan pada peningkatan penemuan kasus, pengobatan, pencegahan, serta perbaikan tata kelola pengadaan obat. Hal ini diungkapkan oleh Plt. Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes, Murti Utami, dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI.
Kenaikan anggaran tersebut dialokasikan untuk mencapai target penemuan kasus sebanyak 981 ribu pasien di tahun 2025, meningkat dari 856.420 pasien pada tahun 2024. Selain itu, target pengobatan juga ditingkatkan menjadi 931.950 pasien, naik dari 788 ribu pasien di tahun sebelumnya. Program pencegahan juga ditargetkan mencapai 100 ribu pasien, meningkat dari 79.008 pasien di tahun 2024. Rincian anggaran meliputi Rp1,47 triliun untuk penemuan kasus, Rp633 miliar untuk pengobatan, dan Rp182 miliar untuk pencegahan.
Hibah alat X-ray dari USAID dan Global Fund juga akan mendukung program penanggulangan TB. Sebanyak 24 unit X-ray dari USAID telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dan akan didistribusikan ke rumah sakit TNI dan Polri. Sementara itu, 27 unit X-ray dari Global Fund akan diberikan kepada rumah sakit umum daerah (RSUD). Pengadaan alat pemeriksaan bio-molekuler di Puskesmas juga akan didukung melalui program Strengthening of Primary Healthcare in Indonesia (SOPHI).
Peningkatan Efisiensi dan Tata Kelola Pengadaan Obat
Penurunan anggaran pengobatan dari Rp1,051 triliun di tahun 2024 menjadi Rp633,14 miliar di tahun 2025 disebabkan oleh perbaikan tata kelola pengadaan obat melalui satu pintu, yaitu Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes). Strategi ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan stok obat di seluruh daerah. Kemenkes optimistis stok obat yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Februari 2026.
Capaian program penanggulangan TB di tahun 2024 menunjukkan angka treatment enrollment untuk TB SO sebesar 92 persen (779.193 pasien), TB RO sebesar 79 persen (9.573 pasien), dan TPT baru mencapai 19,4 persen (79.008 pasien). Meskipun terdapat beberapa target yang belum tercapai sepenuhnya, Kemenkes terus berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas program.
Penurunan anggaran pencegahan dari Rp204,82 miliar di tahun 2024 menjadi Rp182 miliar di tahun 2025 disebabkan oleh pemanfaatan e-learning system. Anggaran yang tersedia akan difokuskan pada penelitian vaksin dan pengadaan tuberkulin.
Dukungan Lintas Sektor dan Manajemen
Selain anggaran utama untuk penemuan kasus, pengobatan, dan pencegahan, Kemenkes juga mengalokasikan anggaran untuk promosi kesehatan dan lintas sektor (Rp15,29 miliar) serta dukungan manajemen (Rp107,6 miliar). Kolaborasi lintas sektor dan manajemen yang efektif diharapkan dapat memperkuat program penanggulangan TB dan mencapai target yang telah ditetapkan.
Secara keseluruhan, alokasi anggaran Rp2,4 triliun untuk penanggulangan TB di tahun 2025 menunjukkan komitmen pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit menular ini. Perbaikan tata kelola dan strategi yang terarah diharapkan dapat meningkatkan efektivitas program dan mencapai target yang telah ditetapkan.