Kemenko PMK Mulai Evaluasi Menyeluruh untuk Persiapan Haji 2026: Mengapa Penting Sejak Dini?
Kementerian dan lembaga terkait telah memulai evaluasi komprehensif untuk persiapan Haji 2026, memastikan peningkatan kualitas dan efisiensi penyelenggaraan ibadah haji.

Jakarta, ANTARA – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) secara proaktif telah memulai persiapan penyelenggaraan ibadah Haji 2026. Langkah awal ini ditandai dengan penekanan pada pentingnya evaluasi yang menyeluruh dan berkelanjutan terhadap pelaksanaan ibadah haji sebelumnya. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi area perbaikan dan memastikan kualitas layanan yang lebih baik bagi jemaah.
Wakil Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Identitas Nasional Kemenko PMK, Warsito, menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji berskala besar adalah sebuah tantangan. Oleh karena itu, evaluasi komprehensif sangat diperlukan guna menjamin peningkatan kualitas manajemen haji di masa mendatang. Warsito juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kesuksesan pelaksanaan Haji 2025, khususnya Kementerian Agama dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BP Haji).
Persiapan dini untuk Haji 2026 (1447 Hijriah) telah dimulai sejak awal Juni 2025, dengan fokus pada percepatan reservasi tenda di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang ditargetkan selesai pada akhir Juli 2025. Selain itu, aspek krusial lain seperti akomodasi, transportasi udara, dan pembayaran biaya haji juga akan dipersiapkan secara matang mulai Agustus hingga September, termasuk pertimbangan bandara alternatif untuk keberangkatan dan kepulangan jemaah.
Fokus Evaluasi dan Percepatan Persiapan Haji
Kemenko PMK menegaskan bahwa evaluasi menyeluruh merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji di masa depan. Proses ini melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait untuk mengidentifikasi kendala dan mencari solusi yang efektif. Tujuannya adalah menciptakan sistem manajemen haji yang lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan jemaah.
Deputi Koordinasi Pelayanan Haji Dalam Negeri BP Haji, Puji Raharjo, menjelaskan bahwa persiapan Haji 2026 difokuskan pada percepatan pemesanan fasilitas vital. Pemesanan tenda di Armuzna menjadi prioritas utama untuk memastikan kenyamanan jemaah di lokasi-lokasi krusial tersebut. Langkah proaktif ini diharapkan dapat menghindari keterlambatan dan masalah logistik yang mungkin timbul.
Selain Armuzna, aspek lain seperti akomodasi di Mekkah dan Madinah, transportasi udara, serta mekanisme pembayaran biaya haji juga menjadi perhatian utama. Pertimbangan bandara alternatif untuk keberangkatan dan kepulangan jemaah, seperti bandara di Jeddah atau Madinah, sedang dikaji untuk meningkatkan efisiensi pergerakan jemaah. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Hilman Latief, menambahkan pentingnya kebijakan yang dirancang untuk satu tahun fiskal dan penguatan regulasi untuk mencegah monopoli layanan oleh bank syariah.
Tantangan Kesehatan dan Optimalisasi Layanan
Sektor kesehatan menjadi perhatian khusus dalam persiapan Haji 2026, mengingat mayoritas jemaah haji Indonesia memiliki kondisi kesehatan tertentu. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo, mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen jemaah memiliki komorbiditas. Kondisi ini menuntut sistem layanan kesehatan haji yang lebih adaptif dan komprehensif, mulai dari pemeriksaan kesehatan pra-keberangkatan hingga layanan medis di Tanah Suci.
Optimalisasi transportasi udara juga menjadi fokus penting untuk kelancaran pergerakan jemaah. Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan, Agustinus Budi, menyoroti perlunya mengoptimalkan bandara alternatif. Bandara Taif, misalnya, saat ini tidak dapat digunakan untuk melayani pesawat haji karena landasannya yang terlalu pendek. Oleh karena itu, pencarian dan pemanfaatan bandara lain menjadi krusial untuk memastikan kapasitas dan efisiensi penerbangan.
Peningkatan layanan juga mencakup implementasi teknologi, seperti sistem Smartpass, yang diharapkan dapat mempermudah proses identifikasi dan pergerakan jemaah. Seluruh upaya ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah haji Indonesia. Koordinasi lintas sektor terus dilakukan untuk memastikan semua aspek layanan terpenuhi secara optimal.
Diplomasi Strategis dan Sinergi Lintas Kementerian
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan bagian integral dari kepentingan strategis diplomasi Indonesia dengan Arab Saudi. Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri, Ahrul Tsani Fathurrahman, menegaskan bahwa haji adalah inti diplomasi Indonesia. Seluruh komunikasi dan koordinasi dilakukan melalui nota diplomatik untuk membangun fondasi yang kuat dalam hubungan bilateral.
Aspek-aspek penting seperti kuota haji, layanan kesehatan, implementasi Smartpass, dan konsep Desa Haji terus didorong melalui Dewan Koordinasi Tingkat Tinggi (DKT). DKT ini dipimpin langsung oleh Presiden Indonesia dan Raja Arab Saudi, menunjukkan betapa strategisnya isu haji dalam hubungan kedua negara. Hal ini memastikan bahwa kepentingan jemaah haji Indonesia selalu menjadi prioritas dalam setiap pembahasan bilateral.
Selain itu, Kemenko PMK juga mendorong penandatanganan perjanjian kerja sama teknis antara Kementerian Agama dan Badan Pengawas Haji. Perjanjian ini khususnya terkait transisi kelembagaan sambil menunggu pembahasan Rancangan Undang-Undang Haji dan Umrah. Sinergi antarlembaga ini diharapkan dapat memperkuat kerangka regulasi dan operasional penyelenggaraan haji di masa mendatang.