KemenPPPA Dorong Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) berupaya meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak di Indonesia, menanggapi data yang menunjukkan 20,9 persen anak kehilangan sosok ayah.
![KemenPPPA Dorong Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/01/210101.316-kemenpppa-dorong-peran-ayah-dalam-pengasuhan-anak-1.jpg)
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) gencar mempromosikan peran aktif ayah dalam pengasuhan anak. Hal ini menyusul data yang menunjukkan sekitar 20,9 persen anak di Indonesia kehilangan figur ayah karena berbagai faktor, termasuk perceraian, kematian, atau tuntutan pekerjaan. Data ini menjadi perhatian serius pemerintah dan memicu upaya untuk menciptakan pola pengasuhan yang lebih seimbang.
Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi, menekankan pentingnya kontribusi setara ayah dan ibu dalam pengasuhan. Beliau menyebut sejumlah inisiatif daerah yang melibatkan ayah dalam kegiatan anak, seperti mengantar ke posyandu atau berdiskusi dengan guru di sekolah. KemenPPPA berupaya mengembangkan pola asuh yang menekankan kerjasama suami-istri dalam membimbing anak.
Dalam sebuah acara Festival Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (NU), Menteri PPPA menjelaskan visi pemerintah untuk mendorong pola asuh yang saling mendukung. "Jadi ini sedang kami persiapkan kira-kira pola asuh ketersalingan antara suami dan istri dalam mengasuh dan membimbing anak-anak," kata Menteri PPPA.
Pendapat serupa disampaikan oleh Ibu Negara keempat Indonesia, Sinta Nuriyah Wahid. Beliau mengutip konsep 'mu'asyarah bil ma'ruf' dalam Islam, yang menekankan perlakuan yang baik dan adil antara anggota keluarga. Konsep ini, menurut beliau, mendukung pembagian tugas yang seimbang antara suami dan istri dalam mengasuh anak. "Bahwa perempuan adalah pakaian bagi laki-laki dan laki-laki adalah pakaian bagi perempuan. Jadi tidak ada perbedaan. Bapak dan ibu harus sama-sama menjaga anaknya, keturunannya," ujar Sinta Nuriyah Wahid.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kepala BKKBN), Wihaji, juga menyoroti pentingnya dukungan psikologis bagi anak yang kehilangan sosok ayah. Wihaji mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren ayah yang hanya fokus pada ekonomi keluarga dan mengabaikan aspek pengasuhan emosional anak. "Saat ini masyarakat Indonesia mulai kehilangan sosok ayah dalam mengasuh anak di keluarga. Ayah hanya mengurus ekonomi keluarga, namun lupa mengasuh anak, padahal anak juga butuh sentuhan psikologis. Maka, jika ada kekerasan pada anak, jangan pernah menyalahkan anak," tegas Wihaji.
Beliau menambahkan pentingnya introspeksi orang tua terhadap perlakuan mereka pada anak. Kehadiran ayah yang aktif dalam pengasuhan, menurutnya, sangat penting untuk mencegah peningkatan kasus kekerasan terhadap anak.
Kesimpulannya, KemenPPPA dan berbagai pihak terkait berkomitmen untuk mendorong peran ayah yang lebih aktif dalam pengasuhan anak. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang lebih harmonis dan melindungi anak dari potensi kekerasan, serta menciptakan keseimbangan peran orang tua dalam membesarkan anak.