Kementan Berupaya Wujudkan Tanam Padi Tiga Kali Setahun di Kalsel, Tingkatkan Produksi Pangan Nasional
Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya mewujudkan swasembada pangan di Kalimantan Selatan dengan target tanam padi tiga kali setahun, didukung teknologi modern dan petani milenial. Akankah berhasil?

Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggalakkan upaya peningkatan produktivitas sektor pertanian di berbagai daerah. Salah satu fokus utama saat ini adalah mendorong lahan sawah di Kalimantan Selatan (Kalsel), termasuk Kabupaten Tanah Laut, agar mampu melakukan penanaman padi hingga tiga kali dalam setahun. Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan di Indonesia.
Mulyono, Penanggung Jawab Program Swasembada Pangan wilayah Kalsel, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyalurkan berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) modern ke daerah tersebut. Bantuan ini bertujuan untuk mempercepat proses pertanian dan memungkinkan peningkatan masa tanam dari yang semula hanya satu atau dua kali menjadi tiga kali setahun. Program ini diharapkan dapat secara signifikan mendongkrak produksi beras nasional.
Langkah strategis Kementan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan frekuensi tanam, tetapi juga pada modernisasi pertanian secara menyeluruh. Dengan dukungan teknologi terkini dan keterlibatan aktif petani, khususnya generasi milenial, diharapkan Kalimantan Selatan dapat menjadi salah satu lumbung pangan utama yang berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Upaya tanam padi tiga kali setahun ini menjadi prioritas untuk mencapai target tersebut.
Dukungan Alat Pertanian Modern untuk Produktivitas Maksimal
Untuk mencapai target tanam padi tiga kali setahun, Kementan telah menyalurkan beragam bantuan alsintan canggih kepada para petani di Kalimantan Selatan. Bantuan ini mencakup alat pembukaan lahan, sarana produksi, serta alsintan spesifik seperti traktor, rotavator, drone penanam benih, pompa air, dan combine harvester. Distribusi alsintan ini diharapkan dapat mengatasi kendala teknis dan efisiensi dalam proses budidaya padi.
Mulyono menegaskan bahwa dengan adanya dukungan teknologi ini, lahan yang sebelumnya hanya bisa ditanami satu atau dua kali dalam setahun kini didorong untuk mencapai tiga kali masa tanam. Peningkatan intensitas tanam padi ini merupakan kunci untuk memaksimalkan potensi lahan dan memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Kementan berkomitmen penuh dalam penyediaan infrastruktur pertanian modern.
Pemanfaatan drone penanam benih, misalnya, memungkinkan proses penanaman yang lebih cepat dan presisi, sehingga efisiensi waktu dan tenaga dapat tercapai. Alsintan lainnya seperti combine harvester juga berperan penting dalam mempercepat proses panen, yang pada akhirnya mempersingkat jeda antar musim tanam. Modernisasi pertanian ini adalah fondasi untuk mencapai target tanam padi tiga kali setahun.
Target Cetak Sawah Rakyat dan Perluasan Lahan
Selain modernisasi alsintan, Kementan juga aktif mendorong program pencetakan sawah rakyat di Kalimantan Selatan. Hingga saat ini, program tersebut telah berhasil mencetak 10.666 hektare sawah baru. Angka ini merupakan bagian dari target ambisius seluas 30.000 hektare yang ditetapkan untuk tahun 2025 di provinsi tersebut. Perluasan lahan ini krusial untuk menopang peningkatan produksi padi.
Salah satu contoh keberhasilan program cetak sawah rakyat ini terlihat di Desa Ujung, Kecamatan Batibati, di mana penanaman padi perdana telah dilakukan menggunakan drone di lahan seluas 359 hektare. Keberhasilan di lokasi ini diharapkan dapat menjadi model dan memicu perluasan program serupa ke kabupaten-kabupaten lain di seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Perluasan ini akan meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan.
Mulyono berharap pola cetak sawah dan penggunaan teknologi modern ini akan terus berlanjut dan menyebar. Dengan adanya penambahan lahan sawah yang produktif, target peningkatan produksi padi di Kalsel menjadi lebih realistis. Program ini tidak hanya menambah luas lahan tanam, tetapi juga mengintegrasikan teknologi untuk memastikan efisiensi dan hasil optimal.
Peran Strategis Petani Milenial dalam Pertanian Modern
Kementan juga melibatkan peran aktif generasi muda melalui pembentukan Brigade Pangan. Setiap Brigade Pangan terdiri dari sekitar 15 petani milenial yang dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam pengoperasian teknologi pertanian modern. Mereka diharapkan menjadi ujung tombak dalam implementasi pola tanam intensif berbasis teknologi di lapangan.
Petani milenial ini tidak hanya mengoperasikan alsintan canggih, tetapi juga berperan sebagai pengelola lahan dengan pendekatan modern. Keterlibatan mereka menunjukkan komitmen Kementan untuk menarik minat generasi muda ke sektor pertanian dan memanfaatkan potensi inovasi yang mereka miliki. Merekalah yang akan memastikan keberlanjutan program tanam padi tiga kali setahun.
Mulyono menambahkan bahwa kerja sama erat antara petani milenial, pemilik lahan, dan dukungan Kementan sangat penting untuk mencapai target produksi. Dengan bekal teknologi dan semangat inovasi, anak-anak muda diharapkan dapat menggerakkan sektor pertanian menjadi lebih produktif dan berkelanjutan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk ketahanan pangan nasional.